Jumat, 09 April 2010

Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA


Affandi, Biran. 2007. Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Esensial Persalinan

Bobak, Irene.M dan Jensen, Margaret.D. 2000. Perwatan Maternitas dan Ginekologi (terjemahan). Bandung : YIA-PKP

Kematian Ibu (www.bidan kita.com)

Kematian Bayi (Dinkes Jabar, 2006.www.compas.com)

Kejadian Letak Sungsang di kota Garut. (http://www.geocities.com)

Manuaba. (2008). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, S. S.et.al. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saifudin. et.al (2007). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohajo.

Sarwono Prawirohajo, 2007. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Tridasa Printer

Varney, Halen. (2007). Buku Ajar Asuhan kebidanan, 3 rd. London : Jones and Barlett Publisher.

Wiknjosastro H. (2005) Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

BAB V

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. R maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Asuhan kebidanan ibu hamil Pada Ny. R sudah sesuai dengan standar asuhan pelayanan kebidanan antenatal care Ny. R memeriksakan kehamilan secara teratur dan rutin di puskesmas, walaupun pada kehamilan 39 minggu ibu terdeteksi dengan letak sungsang.
2. Persalinan Ny. R pada umumnya berjalan dengan lancra. Walaupun proses persalinan tidak normal yaitu letak bokong tetapi berjalan dengan lancar. Ibu di pantau dengan menggunakan partograf yang merupakan alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan.
3. Asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. R sesuai dengan standar kunjungan rumah pada ibu postpartum yang dinamakan kunjungan rumah meliputi kunjungan 6 hari postpartum, 2 mingu post partum, 6 minggu post partum dengan keadaan ibu baik.
4. Asuahan kebidanan pada bayi Ny. R keadaan umum ibu baik, tidak ada kelainan ataupun komplikasi, bayi dilakuakan IMD pada saat kelahiran. Bayi diberikan tetes mata atau salep mata, dan vitamin K untuk mencegah terjadinya infeksi dan terjadinya perdarahan.





5.2 SARAN
1. Mahasiswa kebidanan
Mahasiswa kebidanan diharapkan selalu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada setiap kasus kebidanan khususnya pada kasus Letak Sungsang dan mampu memberikan konseling mengenai penatalaksanaan Letak Sungsang.
2. Bagi Bidan Praktek Swasta
a. Peningkatan mutu pelayanan disemua jenis pelayanan kesehatan kebidanan secara komprehensif sehingga ibu dengan letak sungsang dapat menjalani persalinan dengan aman.
b. Meningkatkan promosi kesehatan khusunya pada ibu hamil dengan memberika konseling rutin.
c. Meningkan sarana dan prasarana bagi semua pelayanan kesehatan khusunya kebidanan, dan selalu menyediakan prasarana secara lengkap.

BAB IV

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab IV ini, penulis akan membahas tentang hasil asuhan kebidanan terhadap Ny. R dengan Letak Sungsang di BPS Bidan E Kota Garut tahun 2009.
Dalam pelaksanaan menajemen kebidanan mengintreprestasikan data dasar, mengidentifikasi diagnosa/ masalah, mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial, menyusun rencana tindakan dan mengevaluasi tindakan, penulis tidak mendapatkan kesulitan yang berarti selama memberikan asuhan, karena berkat kerjasama yang baik antara pasien, keluarga dan petugas. Akan tetapi, terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan, yaitu :

4.1 Asuhan Pada Ibu Hamil
Dari data sekunder penulis dapat menyimpulkan bahwa ibu melakukan ANC di puskesmas sebanyak 11 x dan hal tersebut sudah sesuai dengan teori dari WHO (2002) semasa memeriksakan kehamilannya tidak ada keluhan yang memperberat atau diperberat oleh kehamilan, Ibu mendapatkan imunisasi TT lengkap, imunisasi TT 1 didapat pada usia kehamilan 2 bulan, dan TT 2 pada usia kehamilan 4 bulan. Seperti dijelaskan oleh ( Wiknojosastro, 2005) bahwa pemberian imunisasi TT dilakukan untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap penyakit tetanus neonatorum. Pada kehamilannya ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu-jamuan ibu hanya mengkonsumsi vitamin dan tablet penambah darah (Fe) yang diberikan oleh bidan. Berdasarkan kebijakan pemerintah setiap ibu hamil mendapatkan tablet fe sebanyak 90 tablet. Pemberian zat besi ini diberikan setelah rasa mual hilang, dikonsumsi sehari 1 kali pada malam hari.
Berdasarkan data sekunder yang didapat, selama hamil ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan Hb, urin dan yang lainnya. Menurut teori, pemeriksaan laboratoium baik dilakukan untuk ibu hamil karena dapat dijadikan pemeriksaan penunjang untuk memperkuat suatu diagnosa. Pada ibu hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan Hb pada awal-awal kehamilan, diulang kembali pada usia kehamilan 28 mingggu, boleh juga dilakukan pemeriksaan Hb menjelang usia hamil 36 minggu (Wiknojosastro:2005).
Pada saat pemeriksaan kehamilan yang ke 11 kali ibu tidak ada keluhan, pada saat dilakukan leopold ternyata letak janinnya persentasi bokong, karena umur kehamilannya sudah 39 minggu maka ibu dianjurkan untuk melahirkan di rumah sakit saja supaya jika ada kesulitan mudah diatasi.
Dari pernyataan diatas penulis merasa tidak ada kesenjangan antara teori dengan prktek yang ditemui oleh penulis dilapangan.

4.2 Persalinan
Persalinan pada bayi dengan persentasi bokong (sungsang), dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah. (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

KALA I
Proses persalinan Ny.R mulai dari kala 1 berlangsung ± 2 jam, lamanya kala 1 pada Ny. R dapat ditentukan secara pasti karena pada saat ibu datang dan dilakukan pemeriksaan pertama kalinya pembukaan 6 cm dengan keadaan portio tipis lunak, lamanya pembukaan servik Ny,R dari 6 cm menjadi ± 2 jam.
Kemajuan persalinan ibu selalu dipantau menggunakan partograf.

KALA II
Pada kala II tidak terdapat penyulit, lamanya kala II pada Ny.R adalah 10 menit, lamanya kala ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Wiknjosastro 2005 : 184) bahwa pada primigravida kala II berlangsung 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
Proses persalinan pada Ny. R tidak normal karena letak janin presentasi bokong, proses persalinan dilakukan secara normal pervaginam dan dilakukan tekhnik Bracht. Dari bokong lahir sampai kepala lahir hanya 1 menit, kemudian setelah itu kepala lahir. Dan teknik Bracht pun berhasil dilakukan. Dan ibu selalu dipantau menggunakan partograf yaitu untuk memantau proses persalinan.
Menurut teori ada beberapa teknik untuk melahirkan letak sungsang yaitu teknik Bracht, Lovset, Klasik, Muller. Dan cara Bracht menurut teori adalah “Bokong di tangkap, tangan diletakan pada paha dan sakrum kemudian janin ditarik ke atas. Penyebab letak sungsang pada Ny. R yaitu dengan adanya lilitan tali pusat.
Biasanya hal ini dilakukan pada janin kecil dan multipara” (Saifuddin, 2004).
Teknik Bracht yang dilakukan sesuai dengan teori.
Bayi lahir jam 23.20 WIB dengan teknik Bracht, bayi langsung menangis spontan, gerakan aktif dan kulit berwarna kemerahan.
Setelah bayi lahir segera dilakuakan palpasi abdominalis untuk memastikan janin kedua dan hasilnya tidak ada janin kedua, maka ibu segera diberikan oksitosin 10 IU IM di 1/3 paha atas bagian luar, setelah itu melakukan jepit-jepit potong tali pusat. Kemudian setelah dilakukan PTT plasenta lahir lengkap.

KALA III
Plasenta lahir jam 23.25 WIB dengan spontan dan lahir lengkap. Lamanya kala II berlangsung 5 menit, hal ini sesuai dengan pendapat (Wiknjosastro, 2005 : 185) yang menyatakan bahwa plasenta lengkap 6 – 15 menit setelah banyi lahir, begitu juga dengan (Saifuddin, 2002 : 101) yang mengatakan bahwa pelepasan plasenta tidak lebih dari 30 menit.
Menurut penulis keberhasilan kala III yaitu dilakukannya manajemen kala III sangat benar dimana oksitosin diberikan 10 IU IM setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya atonia uteri, merangsang kontraksi uterus, mempercepat pelepasan plasenta, melakukan PTT dengan Dorso cranial untuk mencegah inversio uterine dan massase uterus segera setelah plasenta lahir akan merangsang kontraksi uterus dan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir.
Menurut sumber APN terbaru bayi baru lahir harus dilakukan Inisiasi Menyusui Dini, begitu pula dengan bayi Ny. R segera setelah dilakuakn pemotongan tali pusat dilakukan Inisiasi Menyusui Dini, dengan cara kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu, badan bayi diletakan di dada ibu dan membiarkan ibu mendekapnya, posisi bayi berada diantara puting susu ibu, IMD dilakukan selama 1 jam dan bayi Ny. R berhasil melakukannya selama 40 menit setelah lahir.

KALA IV
Kal IV pada Ny. R berlangsung dengan normal, hasil observasi selama 2 jam postpartum menunjukan bahwa keadaan ibu baik. Asuhan kebidanan setelah plasenta lahir adalah memantau keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, perdarahan, kontraksi uterus, kandung kemih, tinggi fundus uteri, setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua. Pada kala ini Ny. R juga dianjurkan untuk memantau kontraksinya dengan melakukan massase uterus seprti yang telah diajarkan pada Ny. R.
Ny. R P2A0 melahirkan bayi keduanya dengan jenis kelamin permpuan, panjangnya 52 cm dan beratnya 3500 gram.
Kala IV pun berjalan dengan normal setelah dilakukan pengobservasian selama 2 jam postpartum tidak terjadi perdarahan, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, tanda-tanda vital baik.
Dari berbagai pernyataan diatas penulis merasa tidak ada kesenjangan antara teori dengan prktek yang ditemui oleh penulis dilapangan.

4.3 Nifas
Pemeriksaan kepada Ny. R sebanyak empat kali, yaitu pada 6 jam postpartum, 6 hari postpartum, 2 minggu postpartum dan 6 minggu postpartum. Masa nifas Ny. R berlangsung secara normal tanpa komplikasi dan pengeluaran ASI pun lancar.
Menurut (Sulaeman dan DKK, 2005) mules setelah melahirkan adalah hal yang fisiologis karena rahim berkontraksi sehingga otot rahim akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan.
Pada 6 jam postpartum, ibu mengatakan masih mules, tidak mengalami perdarahan akibat atonia uteri. Ibu sudah dapat berkemih secara lancar pada 2 jam postpartum, kolostrum keluar banyak, mobilisasi dini terlaksana dengan baik, serta hubungan ibu dengan bayi baik.
Pada hari ke-6, ke-14 dan ke 6 minggu ibu dan bayi sehat. Hal ini terlihat dari involusi uterus berjalan normal, pada hari ke-6 tinggi fundus uteri pertengahan simfisis pubis dan pusat, lochea serosa, pada hari ke 14 tinggi fundus uteri tidak teraba, terdapat pengeluaran lochea alba, dan pada kunjungan 6 minggu tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada tanda-tanda infeksi dan penyulit dalam masa nifas. Ibu dapat menyusui bayinya dengan baik, pengeluaran ASI lancar dan banyak, dan ibu memutuskan untuk memakai KB suntik untuk membatasi kehamilan.
Lochea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas Pengeluaran lokia dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya adalah : Lochea rubra 1-3 hari, berwarna merah dan hitam, berisi darah dan jaringan desidual. Lokia serosa 7-8 hari kemudian berwarna kekuningan, Lokia alba berlangsung hari ke sepuluh dan berkurang menjadi tidak ada apapun dalam minggu selanjutnya berrwama putih dan berisi terutama leukosit dan sel decidual. Biasanya lokia berbau agak sedikit amis, kecuali bila terdapat infeksi dan akan berbau busuk. (Varney, 2004 : 551)
Pada 6 jam post partum kolostrum sudah keluar banyak dan pada 6 hari sampai 6 minggu pengeluaran ASI sudah banyak dan lancar keadaan ini sesuai dengan teori (Sarwono 2002 : 240) yang menyatakan bahwa timbul pengaruh hormon hipofisis kembali antara lain lactogenic hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mammae yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air susu baru berlangsung pada hari ke 2-3 postpartum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum yang mengandung banyak protein albumin dan globulin dan mudah dicerna maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain pengaruh hormonal diatas salah satu terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui bayi itu sendiri. Kadar prolaktin akan meningakat dengan perangsangan fisik pada puting susu.
Rangsangan psikis merupakan reflek dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin dihasilkan sehingga air susu dapat dikeluarkan sebagai efek samping memperbaiki involusi uterus, menciptakan hubungan kasih sayang yang intim, melindungi bayi terhadap infeksi seperti gastro enteritis, radang jalan nafas dan paru-paru karena mengandung lactoferin, lysozyme dan immune globulin.
Pada masa nifas Ny. R terjadi involusi uterus keadaan ini sesuai dengan teori (Sarwono, 2002 : 237-238). Yang menyatakan bahwa setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, 7 hari (1 minggu) post partum tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus ± 500 gram, 2 minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simfisis, dengan berat uterus ± 350 gram, 6 minggu post partum tinggi fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus ± 40-60 gram, 8 minggu, fundus uteri sebesar normal dengan berat ± 30 gram.
Menurut pendapat Penulis masa nifas Ny. R berjalan dengan normal dengan keluhan yang biasa yaitu pada 6 jam ibu masih mengeluh mules-mules terutama ketika ibu menyusui bayinya. Hal ini merupakan keadaan fisiologis dimana selain karena pengaruh hormon prolaktin oksitosin yang dihasilkan otot uterus berkontraksi yang menyebabkan rasa mules dan hal ini akan mencegah perdarahan serta pengeluaran colostrums dan ASI pun terjadi, adapun pengeluaran yang terjadi pada masa nifas yang disebut lochea ialah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas dan dalam keadaan normal karena selama pemeriksaan tidak ditemukan tidak menimbulkan tanda infeksi. Masa involusi uterus Ny.R pun normal namun hal ini membutuhkan pemeriksaan yang komprehensif dalam masa nifas serta kerjasama yang baik antara klien dengan petugas.

4.4 Bayi Baru Lahir
Proses persalinan Ny. R berlangsung normal, bayi lahir hidup langsung menangis, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif dan bayi Ny. R sehat tanpa kelainan dan mengalami tanda-tanda bahaya.
Pada 2 jam dan 6 jam kelahiran bayi tampak tenang, sudah mendapat colostrums, bayi sudah dapat mengisap dengan kuat. Pada 6 hari kelahiran tali pusat bayi sudah lepas dan bayi mendapatkan imunisasi Hepatitis B dan polio pertama, bayi tampak sehat. Pada 2 minggu kelahiran bayi mendapatkan imunisasi BCG, bayi tampak sehat. Pada saat dilakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir diberikan salep Tetrasiklin 1 % dan Vitamin K 0,5 mg IM. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan.
Menurut sumber (Affandi, 2004 : 4-10) tetes mata profilaksis (larutan perak nitrat 1 %) atau salep antibiotik (tetrasiklin 1 % atau eritromisin 0,5 %) harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah bayi lahir. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam waktu satu jam pertama kehidupan.
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosisi 0,5-1 mg I.M.
Perawatan tali pusat yang dilakukan pada bayi Ny. R yaitu dengan tidak menggunakan baik mengoleskan maupun membungkusnya dengan apapun. Tali pusat bayi Ny. R puput saat usia bayi 6 hari. Tidak terdapat tanda infeksi pada tali pusat bayi Ny. R
Imunisasi yang bayi dapatkan pada hari ke 6 kelahiran yaitu Hepatitis B dan polio 1 dan pada 2 minggu kelahiran bayi mendapat imunisasi BCG sesuai dengan rekomendasi jadwal imunisasi PPI (Program Pengembangan Imunisasi) (Indan Entjang, 2003 : 38). Dan pada 2 minggu kelahiran bayi mendapatkan imunisasi BCG.

BAB III

BAB III
TINJAUAN KASUS


3.1 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL/ PRIMER

No. Register : -
Tanggal Masuk : 13-12-2009 WIB
Tanggal / Jam Pengkajian : Minggu, 13-12-2009 / jam 13.30 WIB
Pengkaji : Edeh Patmawati
Tempat : BPS Bidan E Kota Garut.


BIODATA
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn.J
Umur : 25 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Gol.darah : - Gol.darah : -
Alamat : Kp.Peundeuy Rt 002/Rw 011, Desa Cibiuk Kidul, Kec Cibiuk, Kab Garut


I. DATA SUBJEKTIF
A. Alasan Periksa
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
B. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan menarche usia 13 tahun, siklus 28 hari, teratur, lamanya 6-7 hari dengan konsistensi darah cukup banyak, ganti pembalut 3-4 kali sehari. Tanpa disertai Dysmenorrhoe.
C. Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan pertama bagi ibu dan suami. Usia ibu menikah 18 tahun sedangkan usia suami menikah 19 tahun, lamanya pernikahan sudah 7 tahun.
D. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu G2P1A0 dengan HPHT : 12-03-2009, TP : 19-12-2009 mengatakan sudah hamil 9 bulan, biasa melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas sebanyak 9 kali dan di Posyandu 2 kali. Ibu sudah mendapatkan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebanyak 2 kali yaitu pada usia kehamilan 2 bulan dan 4 bulan. Pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu pada usia kehamilan 4 bulan. Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama kehamilan sampai sekarang. Pergerakan janin masih dirasakan ibu.




E. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Lalu
Anak ke- Persalinan Anak Nifas
Tgl/Thn Tempat Usia Kehamilan Jenis Penolong Penyulit J
K BB
(gr) PB
(cm) Keadaan
1 2003 Rumah 9 bulan Spontan Paraji - L 3000 50 Baik Normal
2 2009 Hamil sekarang

F. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi seperti kista ovarium, Ca cerviks, mioma, mola, dll.
G. Riwayat Penyakit
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit seperti DM, asma, hipertensi, jantung, dll.
H. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut sepengetahuan ibu, tidak ada keluarganya yang menderita penyakit keturunan maupun penyakit menular.
I. Riwayat Seksual
Ibu mengatakan selama hamil jarang melakukan hubungan seksual dengan suaminya apalagi ketika memasuki usia kehamilan 8 bulan karena ibu merasa tidak nyaman.

J. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan sebelum hamil pernah menggunakan kontrasepsi jenis suntik 3 bulan selama 3 tahun dan diganti dengan PIL selama 6 bulan. Kemudian ibu berhenti ber-KB karena ingin mempunyai anak lagi. Ibu berencana akan menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan setelah melahirkan nanti.
K. Riwayat Psikososial
Ibu senang dengan kehamilannya yang sekarang, begitu juga dengan suami dan keluarganya yang lain. Keluarga sangat memberinya dukungan dan perhatian. Yang biasa mengambil keputusan dalam keluarga adalah suaminya.
L. Riwayat Nutrisi
Ibu mengatakan pola makannya teratur 3 kali sehari dengan jenis makanan seperti nasi, sayur, tahu, tempe, daging ayam, buah-buahan dan terkadang susu. Tidak ada makanan yang dipantang oleh ibu dan ibu tidak alergi terhadap makanan apapun. Terakhir kali ibu makan jam 11.15 WIB.
M. Riwayat Aktifitas
Ibu mengatakan aktifitas sehari-harinya tidak terlalu berat. Pola istirahatnya cukup teratur, tidur siang  1- 2 jam, tidur malam  8-9 jam. Terakhir kali istirahat ibu kurang. Aktifitas ibu sebelum datang ke Puskesmas hanyalah berjalan-jalan kecil di rumah.
N. Riwayat Eliminasi
Ibu mengatakan belum BAB hari ini, biasanya ibu BAB 1 kali sehari dengan konsistensi agak keras. Terakhir ibu BAB kemarin. Ibu sering BAK, hari ini ibu sudah BAK 4 kali dengan warna agak kekuningan, jumlah cukup banyak, tanpa adanya keluhan ketika BAB dan BAK.
O. Riwayat Penggunaan Obat-Obatab Dan Bahan Lain.
Kebiasaan Hidup Sehat
Ibu mengatakan tidak merokok., tidak minum jamu-jamuan, tidak minum-minuman keras dan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Obat yang dikonsumsi hanya yang diberikan bidan, seperti : vitamin dan obat penambah darah.

II. DATA OBJEKTIF
A. Keadaan Umum : Baik
B. Kesadaran : Compos Mentis
C. TTV : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,50C
D. BB sekarang : 54kg
E. Pemeriksaan Fisik :
a. Kepala
- Rambut : Warna hitam, kulit kepala bersih, tidak ada lesi,
tidak ada benjolan.
- Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema.
- Mata : Simetris, konjungtiva merah muda/tidak anemis,
sklera putih/tidak ikterik.
- Hidung : Simetris, bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pengeluaran.
- Mulut : Bibir lembab, warna merah muda, simetris, lidah
bersih, tidak ada gigi caries, tidak ada stomatitis.
- Telinga : Simetris, bersih, tidak bau, tidak ada nyeri tekan,
fungsi pendengaran baik.
- Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar lymfe dan
kelenjar thyroid, refleks menelan baik.
b. Dada
- Paru-paru : Nafas teratur, tidak ada bunyi tambahan seperti
wheezing,
- Jantung : Irama jantung teratur
- Payudara : Simetris, tidak ada lesi, puting susu menonjol,
Tampak
pengeluaran kolostrum, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran massa yang abnormal.
c. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi/SC, ada striae
TFU : 33 cm
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat,keras,melenting
(kapala)
Leopold II : Teraba bagian terkecil janin di sebelah kiri ibu
(PUKA)
Leopold III : Bagian terendah janin teraba lunak tidak melenting
(bokong)
Leopold IV : Divergan
DJJ : 140 ×/menit,reguler dan terdengar jelas.
d. Anogenital
- Vulva : Tidak ada kelainan, tidak ada lesi, tidak ada
varises.
-Vagina : Tidak ada kelainan, tidak ada lesi, tidak ada
varises, tidak ada pembengkakan kelenjar
Bartholini.
- Anus : Tidak ada varices, tidak ada haemorhoid
e. Ekstremitas
- Atas : Tidak ada oedema, turgor kulit baik, kuku tidak pucat,
refleks bisep-trisep positif.
- Bawah : Tidak oedema, tidak ada varices, turgor kulit baik,
kuku tidak pucat, reflek patella positif

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.

III. ASSESSMENT
G2P1A0 Gravida 39 – 40 minggu,janin tunggal hidup intra uterin. Keadaan ibu dan janin baik dengan letak sungsang.
III. PLANNING
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga. (ibu mengetahui bahwa posisi janin letak sungsang).
2. Memberikan motivasi kepada ibu untuk tidak khawatir terhadap kehamilannya.
3. Memberitahu tentang tanda-tanda bahaya pada trimester III,yaitu.
• Pusing yang hebat
• Oedema pada wajah,tangan serta kaki
• Penglihatan kabur
• Perdarahan pervagina
• Keluar air-air pervagina
(ibu mengerti)
4. Menganjurkan ibu untuk datang k BPS 1 minggu yang akan datang.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
6. Memberikan multivitamin kepada ibu (ibu mengetahui cara mengkonsumsi obat)
7. Menanyakan kepada ibu rencana tempat bersalin. (ibu rencana bersalin di BPS)
8. Mengajurkan kepada ibu dan keluarga untuk menyiapkan alat-ala untuk persalinan. (ibu mengerti dan mau mengikutinya).




3.2 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No. Register : -
Tanggal Masuk : 15-12-2008 WIB
Tanggal / Jam Pengkajian : Selasa, 15-12-2009 / jam 21.00 WIB
Pengkaji : Edeh Patmawati
Tempat : BPS Bidan E Kota Garut

DATA SUBJEKTIF
A. Alasan Periksa
G2P1A0 merasa hamil 9 bulan datang dengan keluhan mules-mules sejak pukul 15.00 WIB dan juga keluar lendir darah dari jalan lahir disangkal oleh ibu. Pergerakan janin masih dirasakan ibu saat ini.
B. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan menarche usia 13 tahun, siklus 28 hari, teratur, lamanya 6-7 hari dengan konsistensi darah cukup banyak, ganti pembalut 3-4 kali sehari. Tanpa disertai Dysmenorrhoe.
C. Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan pertama bagi ibu dan suami. Usia ibu menikah 18 tahun sedangkan usia suami menikah 19 tahun, lamanya pernikahan sudah 7 tahun.

D. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu G2P1A0 dengan HPHT : 12-03-2009, TP : 19-12-2009 mengatakan sudah hamil 9 bulan, biasa melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas sebanyak 9 kali dan di Posyandu 2 kali. Ibu sudah mendapatkan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebanyak 2 kali yaitu pada usia kehamilan 2 bulan dan 4 bulan. Pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu pada usia kehamilan 4 bulan. Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama kehamilan sampai sekarang. Pergerakan janin masih dirasakan ibu.
E. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Lalu
Anak ke- Persalinan Anak Nifas
Tgl/Thn Tempat Usia Kehamilan Jenis Penolong Penyulit J
K BB
(gr) PB
(cm) Keadaan
1 2003 Rumah 9 bulan Spontan Paraji - L 3000 50 Baik Normal
2 2009 Hamil sekarang

F. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi seperti kista ovarium, Ca cerviks, mioma, mola, dll.
G. Riwayat Penyakit
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit seperti DM, asma, hipertensi, jantung, dll.
H. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut sepengetahuan ibu, tidak ada keluarganya yang menderita penyakit keturunan maupun penyakit menular.
I. Riwayat Seksual
Ibu mengatakan selama hamil jarang melakukan hubungan seksual dengan suaminya apalagi ketika memasuki usia kehamilan 8 bulan karena ibu merasa tidak nyaman.
J. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan sebelum hamil pernah menggunakan kontrasepsi jenis suntik 3 bulan selama 3 tahun dan diganti dengan PIL selama 6 bulan. Kemudian ibu berhenti ber-KB karena ingin mempunyai anak lagi. Ibu berencana akan menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan setelah melahirkan nanti.
K. Riwayat Psikososial
Ibu senang dengan kehamilannya yang sekarang, begitu juga dengan suami dan keluarganya yang lain. Keluarga sangat memberinya dukungan dan perhatian. Yang biasa mengambil keputusan dalam keluarga adalah suaminya.
L. Riwayat Nutrisi
Ibu mengatakan pola makannya teratur 3 kali sehari dengan jenis makanan seperti nasi, sayur, tahu, tempe, daging ayam, buah-buahan dan terkadang susu. Tidak ada makanan yang dipantang oleh ibu dan ibu tidak alergi terhadap makanan apapun. Terakhir kali ibu makan jam 14.05 WIB.


M. Riwayat Aktifitas
Ibu mengatakan aktifitas sehari-harinya tidak terlalu berat. Pola istirahatnya cukup teratur, tidur siang  1- 2 jam, tidur malam  8-9 jam. Terakhir kali istirahat ibu kurang. Aktifitas ibu sebelum datang ke BPS Bidan E hanyalah berjalan-jalan kecil di rumah.
N. Riwayat Eliminasi
Ibu mengatakan belum BAB hari ini, biasanya ibu BAB 1 kali sehari dengan konsistensi agak keras. Terakhir ibu BAB kemarin. Ibu sering BAK, hari ini ibu sudah BAK 4 kali dengan warna agak kekuningan, jumlah cukup banyak, tanpa adanya keluhan ketika BAB dan BAK.
O. Riwayat Penggunaan Obat-Obatab Dan Bahan Lain.
Kebiasaan Hidup Sehat :
Ibu mengatakan tidak merokok., tidak minum jamu-jamuan, tidak minum-minuman keras dan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Obat yang dikonsumsi hanya yang diberikan bidan, seperti : vitamin dan obat penambah darah.

II.DATA OBJEKTIF
A. Keadaan Umum : Baik
B. Kesadaran : Compos Mentis
C. TTV : Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,50C
D. Pemeriksaan Fisik :
a. Kepala
- Rambut : Warna hitam, tidak ada lesi, tidak ada benjolan.
- Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema.
- Mata : Simetris, konjungtiva merah muda/tidak anemis,
sklera putih/tidak ikterik.
- Hidung : Simetris, bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pengeluaran.
- Mulut : Bibir lembab, warna merah muda, simetris, lidah
bersih, tidak ada gigi caries, tidak ada stomatitis.
- Telinga : Simetris, bersih, tidak bau, tidak ada nyeri tekan,
fungsi pendengaran baik.
- Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar lymfe dan
kelenjar thyroid, refleks menelan baik.
b. Dada
- Paru-paru : Nafas teratur
- Jantung : Irama jantung teratur
- Payudara : Simetris, tidak ada lesi, puting susu menonjol,
tampak
pengeluaran kolostrum, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran massa yang abnormal.
c. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi/SC, ada striae
TFU : 33 cm
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat,keras,melenting
(kapala)
Leopold II : Teraba bagian terkecil janin di sebelah kiri ibu
(PUKA)
Leopold III : Bagian terendah janin teraba lunak tidak melenting
(bokong)
Leopold IV : Divergen
DJJ : 146 ×/menit,reguler dan terdengar jelas.
His : 3 kali dalam 10 menit selama >40 detik.
d. Anogenital
- Vulva : Dari jalan lahir keluar lendir bercampur darah dan
terdapat mekonium.
- Pemeriksaan dalam pukul 21.00 WIB
-Vagina : Tidak ada kelainan, tidak ada lesi, tidak ada
varises, tidak ada pembengkakan kelenjar
Bartholini dan kelenjar Sken.
Porsio : tipis lunak
Pembukaan : 6-7 cm
Ketuban : utuh
Persentasi : bokong (W)
Penurunan bokong H III
- Anus : Tidak ada varices, tidak ada haemorhoid
e. Ekstremitas
- Atas : Tidak ada oedema, turgor kulit baik, kuku tidak pucat,
refleks bisep-trisep positif.
- Bawah : Tidak oedema, tidak ada varices, turgor kulit baik,
kuku tidak pucat, reflek patella positif
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.

III. ASSESSMENT
G2P1A0 Parturien aterm kala 1 fase aktif, janin tunggal hidup intra uterine keadaan ibu dan janin baik dengan letak sungsang bokong murni.

IV. PLANNING
Jam 21.05 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga (ibu dan keluarga mengerti).
2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pernapasan : menarik nafas dan menghembuskannya jika merasa mules (ibu melakukannya).
3. Mengajarkan teknik pain relief dengan melibatkan keluarga : mengusap punggung dan pinggang belakang ibu untuk mengurangi rasa nyeri (keluarga mengerti dan melakukannya, ibu merasa sedikit nyaman).
4. Menyarankan agar ibu mengambil posisi tidur miring kiri jika ibu ingin tiduran dengan tujuan memberikan oksigen kepada bayinya (ibu mengerti dan mengatakan akan melakukannya).
5. Memberikan dukungan emosional kepada ibu dengan memberikan motivasi kepada ibu (ibu sedikit lebih tenang).
6. Memenuhi kebutuhan nutrisi, hidrasi dan eliminasi (ibu makan roti, minum teh hangat,)
7. Menganjurkan ibu untuk selalu mengosongkan kandung kencing dengan BAK. ( ibu mau BAK di kamar mandi)
8. Mengobservasi TTV, his, DJJ dan nadi setiap 30 menit, mengobservasi pembukaan,tekanan darah, dan suhu setiap 4 jam.dan mengobservasi kemajuan persalinan sesuai partograf (observasi dilakukan dan hasil pemeriksaan dicantumkan ke dalam partograf).
9. Menyiapkan partus set, hecting set, spuit, oksitosin, air DTT dan klorin dalam wadah terpisah dan menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan untuk persalinan (sudah disiapkan).






Tabel 3.2
Tabel Catatan Perkembangan
No Hari / tanggal / jam Catatan Perkembangan
1 Selasa,
15-12-2008
Jam 21.00 WIB Kala I
S : - Ibu mengatakan merasa mules-mules dan keluar
lendir darah dari jalan lahir, pergerakan janin masih
dirasakan ibu.
O : - Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda-tanda vital : TD : 110/80mmHg,
N : 80×/menit,
R : 20×/menit,
S : 36,5°C
- DJJ : 146×/menit
- Kontraksi : 3x/10’,40”
- Pemeriksaan Dalam Pukul 21.00 WIB
a. V/V : T.a.k
b. Portio : tipis lunak
c. Pembukaan : 6-7 cm
d. Penurunan bokong : H III
e. Ketuban : Utuh
A : G2P1A0 Parturient aterm Kala 1 fase aktif, janin tunggal


Jam 21.05 WIB







Jam 21.15 WIB



Jam 21.30 WIB








hidup intrauterin dengan keadaan ibu dan janin baik
dengan letak sungsang
P : 1. Memberitahukan pada ibu dan keluarga tentang
Hasil pemeriksaan (ibu mengerti dengan keadaannya).
2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pernapasan :
menarik nafas dan menghembuskannya jika merasa mules
(ibu melakukannya).
3. Mengajarkan teknik pain relief dengan melibatkan
keluarga : mengusap punggung dan pinggang belakang
ibu untuk mengurangi rasa nyeri (keluarga mengerti dan
melakukannya, ibu merasa sedikit nyaman).
4. Menganjurkan pada ibu untuk tidur dengan posisi miring
kiri (ibu bersedia melakukannya).
5. Menganjurkan pada ibu untuk buang air kecil jika
merasa kandung kemihnya penuh (ibu BAK di kamar
mandi).
6. Memantau Nadi, DJJ dan His setiap 30 menit (hasil
dicatat di partograf).
7. Memonitor tekanan darah dan Suhu setiap 4 Jam
(terlampir di partograf).
8. Memonitor perubahan serviks setiap 4 jam atau atas
indikasi (hasil tercatat di partograf).
9. Memonitor urin setiap 2 jam (hasil tercatat di
Partograf).
10. Memonitor cairan yang masuk (ibu banyak minum air
putih, sesekali minum air teh manis).
11. Mendokumentasikan semua temuan dalam lembar
observasi (hasil observasi tercatat dalam partograf).
2 Selasa,
15-12-2009
Jam 22.45 WIB Kala II
S : - Ibu mengatakan ingin mengedan.
O : - Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis












Jam 22.40 WIB Jam 22.50 WIB













Jam 22.55 WIB




jAM
Jam 23.00 WIB















Jam 23.15
WIB


Jam 22.45 WIB









Jam 23.20 WIB


Jam 23.50 WIB

- AnoGenital : perineum menonjol, anus dan vagina
membuka.
- Pemeriksaan Dalam :
a. V/V : T.a.k
b. Portio : tidak teraba
c. Pembukaan : 10 cm
d. Penurunan bokong : station 0
e. Ketuban : Utuh
- DJJ : 148x/menit
- Kontraksi : 4x/10’,45”
A : A: G2P1A0 parturient aterm kala II keadaan ibu dan
janin baik dengan letak sungsang bokong murni.
P : 1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan
keluarga (Ibu dan keluarga mengerti).
2. Memastikan segala peralatan dan perlengkapan sudah
lengkap (Segala perlengkapan dan peralatan lengkap).
3. Memakai perlindungan diri.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku
kemudian mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
yang mengalir serta mengeringkan dengan handuk yang
kering dan bersih. (tangan bersih dan kering)
5. Memakai sarung tangan DTT.
6. Menghisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik dan
Meletakannya kembali ke partus set. (oksitosin siap
digunakan).
7. Menilai DJJ dan memastikan janin dalam keadaan baik
(DJJ (+) 146 x/menit, reguler).
8. Memberitahukan ibu dan keluarga bahwa pembukaan
sudah lengkap dan ibu akan segara melahirkan. (suami
dan keluarga senang sekaligus tampak cemas).
9. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman untuk
Meneran. (posisi ibu litotomi)
9. Memecahkan ketuban diwaktu tidak ada HIS. (ketuban
Pecah warna jernih dan campur sedikit mekonium).
10. Mencelupkan sarung tangan kedalam larutan klorin dan
mengganti dengan yang baru.
11. Memimpin ibu untuk meneran berulang kali pada setiap
Kontraksi hingga bokong turun ke dasar panggul. (ibu
meneran pada setiap kontraksi)
12. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
14. Memberikan ibu minum teh manis hangat.
15. Menganjurkan ibu beristirahat diantra dua kontaksi.
16.Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan
Memberi semangat pada ibu.
17. Menilai DJJ setiap 5 menit.
18. Memimpin ibu untu meneran pada setiap kontraksi.
Pukul 23.15 WIB bokong terlihat 5-6 cm dari vulva.
19. Meletakan handuk diatas perut ibu.
20. Meletakan kain yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong
ibu.
21. Mendekatkan dan membuka partus set.
22. Memakai sarung tangan DTT yang disebelah kiri.
23. Segera setelah bokong lahir, bokong di cekam secara
Bracht. (kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang
paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul).
24. Tidak melakukan intervensi,ikuti saja keluarnya janin.
25. Melonggarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan
Sebagian dada.
26. Melakukan lordosis dan hiperlordosis. (bayi lahir jam
23.20 WIB) dengan jenis kelamin perempuan,
langsung
27. Menangis, warna kulit merah, respirasi baik.
28. Menilai bayi dengan cepat dan menyimpan bayi diatas
perut ibu dan segera mengeringkannya dengan handuk
kering dan bersih, kecuali bagian tali pusat, bersihkan
jalan nafas bayi.
29. Menjepit tali pusat bayi pada jarak 3 cm dari pusat,
mengurutnya kearah ibu dan menjepit klem kedua pada
jarak 2 cm dari klem pertama.
30. Memotong tali pusat dengan tangan kiri tetap
Melindungi badan bayi dari gunting.
31. Memasang benang tali pusat < 2 cm dari pusat bayi.
32. Melepaskan klem tali pusat dan meletakan di tempat
kosong. (tanpa klorin)
33. Mengganti handuk bayi dengan kain yang bersih dan
kering.
34. Memberikan bayi kepada ibu dan menyimpannya
diatas
perut dengan cara ditengkurapkan, kepala bayi berada
diantar dua mamae.
35. Menganjurkan ibu untuk mendekapnya, kulit ibu
bersentuhan langsung tanpa alas dengan kulit bayi dan
kepala bayi di tutup dengan topi.
3 Selasa,
15-12-2009
Jam 23.22 WIB









Jam 23.22 WIB









Jam 23.25 WIB

Kala III
S : - Ibu mengatakan lebih tenang tetapi merasakan
Sedikit mules
O : - Keadaan umum : Baik dan agak gelisah.
- Kesadaran : Compos mentis
- Pemeriksaan fisik :
abdomen : - Tidak ada bayi kedua
- Tfu sepusat
- Kontraksi uterus
- Uterus tampak menjadi globular
Genetalia : - Tali pusat memanjang
Terdapat semburan darah
A : P2A0 parturient kala III dengan keadaan ibu baik.
P : 1. Memberitahukan ibu akan di suntik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik : (ibu bersedia).
2. Menyuntikan oksitosin : oksitosin 10 IU di suntik secara
IM 1/3 paha atas bagaian disal lateral.
3. Menjepit tali pusat dengan umbilical 2-3 cm dari pusat
bayi dan memasang klem 2 cm dari klem
4. Menggunting tali pusat dan tangan kiri tetap melindungi
badan bayi dari gunting
5. Meletakan bayi diantara kedua dada ibu, untuk melakukan IMD.
6. Menyelimuti ibu dan bayi dan memakailkan topi bayi.
7. Melakukan peregangan tali pusat terkendali melahirkan
plasenta:Plasenta lahir spontan, jumlah kotiledon
lengkap dan selaput utuh, tidak ada pembuluh darah
yang terputus 8. Melakukan masase uterus selama 15
detik dan mengajari ibu cara melakukannya.
9.Memeriksa kelengkapan plasenta bagian fetal dan
maternal.
10.Menilai uterus dan memastikan berkontraksi dengan
baik dan memestikan tidak ada perdarahan aktif:
kontraksi baik dan tidak ada selaput plasenta yang
tertinggal.
11.Menilai perdarahan :100cc









Pemantauan persalinan kala IV
Jam ke Waktu TD mmHg Nadi/menit Suhu Tfu Kontraksi uterus Kandung kemih Perdarahan
1 23.25WIB 110/80 88 37,5
0 c 2 jari pusat Baik Kosong Tidak ada
23.40WIB 110/80 85 2 jari pusat Baik Kosong Tidak ada
23.55WIB 110/80 83 2jari pusat Baik Kosong Tidak ada
24.10WIB 110/80 83 2jaripusat Baik Kosong Tidak ada
2 24.40WIB 110/80 82 37,00c 2jaripusat Baik kosong Tidak ada
01.10WIB 110/80 82 2 jaripusat Baik Kosong Tidak ada







3.3 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

No. Register : -
Tanggal Masuk : 15-12-2009 WIB
Tanggal / Jam Pengkajian : Rabu, 15-12-2009 / jam 07.00 WIB
Pengkaji : Edeh Patmawati
Tempat : BPS Bidan E Kota Garut

1. DATA SUBJEKTIF
A. Alasan Periksa
Ibu mengatakan badannya merasa lemas dan masih merasa mules dan keluar darah.
B. Riwayat Persalinan Sekarang
Ibu P2A0 persalinannya ditolong oleh bidan yang bertempat di BPS Bidan E Kota Garut (Ruang Bersalin). Mengalami letak sungsang. Ibu melahirkan secara spontan. Ibu melahirkan seorang bayi dengan jenis kelamin perempuan, BB 3500 gr dan PB 52 cm. Bayi langsung menangis, gerak aktif dan warna kulit kemerahan, kelainan (-), anus (+).
C. Riwayat Psikososial
Ibu senang dengan kehamilannya yang sekarang, begitu juga dengan suami dan keluarganya yang lain. Keluarga sangat memberinya dukungan dan perhatian. Yang biasa mengambil keputusan dalam keluarga adalah suaminya.

D. Riwayat Nutrisi
Ibu mengatakan semenjak melahirkan ibu sudah makan biskuit dan juga sudah minum air putih..
E. Riwayat Aktifitas
Ibu sudah melakukan aktifitas yaitu berjalan ke kamar mandi.
F. Riwayat Eliminasi
Semenjak melahirkan, ibu belum BAB tapi ibu sudah BAK 2 kali.
G. Riwayat Penggunaan Obat-Obatan Dan Bahan Lain.
Kebiasaan Hidup Sehat :
Ibu tidak merokok dan tidak minum jamu-jamuan. Saat ini ibu mengkonsumsi obat yang diberikan oleh bidan.

II.DATA OBJEKTIF
A. Keadaan Umum : Baik
B. Kesadaran : Compos Mentis
C. TTV : Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,00C
D. Pemeriksaan Fisik :
a. Kepala
- Rambut : Warna hitam, tidak ada lesi, tidak ada benjolan.
- Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema.
- Mata : Simetris, konjungtiva merah muda/tidak anemis,
sklera putih/tidak ikterik.
- Hidung : Simetris, bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pengeluaran.
- Mulut : Bibir lembab, warna merah muda, simetris, lidah
bersih, tidak ada gigi caries, tidak ada stomatitis.
- Telinga : Simetris, bersih, tidak bau, tidak ada nyeri tekan,
fungsi pendengaran baik.
- Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar lymfe dan
kelenjar thyroid, refleks menelan baik.
b. Dada
- Paru-paru : Nafas teratur
- Jantung : Irama jantung teratur
- Payudara : Simetris, tidak ada lesi, puting susu menonjol, tampak
pengeluaran kolostrum, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran massa yang abnormal.
c. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi/SC, tidak ada benjolan
abnormal, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong
d. Anogenital : Terdapat pengeluaran pervaginam berupa lochea rubra
berwarna merah.
-Vulva : Tidak ada oedema, tidak ada varises, dan tidak ada luka
laserasi tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
-Anus : Tidak ada varices, tidak ada haemorhoid
e. Ekstremitas
- Atas : Tidak ada oedema, turgor kulit baik, kuku tidak pucat,
refleks bisep-trisep baik.
- Bawah : Tidak oedema, tidak ada varices, turgor kulit baik,
kuku tidak pucat, reflek patella positif

f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.


III. ASSESSMENT
P2A0 post partum 6 jam dengan keadaan ibu masih lemas,mules dan keluar darah berupa lochea rubra.







IV. PLANNING
Jam 07.50 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga (ibu dan keluarga mengerti).
2. Memberikan konseling mengenai kebutuhan makanan yaitu makanan yang bergizi seimbang dan tentang kebutuhan cairan sebanyak 8-10 gelas air sehari (ibu mengerti).
3. Menyarankan pada ibu agar melakukan mobilisasi dini lebih sering yaitu dengan cara tidak terus-terusan tiduran di tempat tidur, ibu harus lebih banyak bergerak (ibu sudah melakukan mobilisasi).
4. Memberikan konseling mengenai kebersihan atau perawatan diri sendiri seperti perawatan payudara : membersihkan putting dengan kapas yang dibasahi air DTT ketika akan meberikan ASI kepada bayinya, (ibu mengerti dan akan melakukannya).
5. Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar : ibu duduk tegak dan ibu harus merasa nyaman, tubuh bayi menempel ke perut ibu, putting dan areola masuk ke mulut bayi (ibu mengerti dan mencoba untuk mempraktekannya).
6. Menganjurkan kepada ibu agar hanya memberikan ASI Ekslusif saja selama 6 bulan pada bayinya dan memberikan penjelasan tentang apa itu ASI Ekslusif (ibu mengerti dan mengatakan akan melaksanakannya).
7. Memberikan konseling pada ibu mengenai perawatan bayi seperti perawatan tali pusat dan juga memberitahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi (ibu mengerti).
8. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk segera menghubungi tenaga kesehatan jika terdapat tanda-tanda bahaya nifas seperti : perdarahan tiba-tiba, nyeri perut hebat dibagian bawah, pandangan kabur, pusing (ibu dan keluarga mengatakan mengerti dan bersedia melakukannya).
9. Menjadwalkan ibu untuk melakukan kontrol 6 hari berikutnya untuk memeriksa keadaan ibu dan bayi.
10. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP (sudah dilakukan).












Tabel 3.3
CATATAN PERKEMBANGAN PADA IBU NIFAS
No Hari/tanggal/jam Catatan Perkembangan
1. Senin,
21-12-2009
Jam 10.00 WIB
















Jam 10.05 WIB
S : - Ibu mengatakan tidak merasakan keluhan.
- Ibu mengatakan ASI yang keluar banyak.
- Ibu mengatakan darah masih keluar dari kemaluan
berwarna coklat.
- Ibu mengatakan BAB dan BAK lancar
- Ibu mengatakan sering terganggu tidurnya di
malam hari karena bayinya selalu menangis di
malam hari.
- Ibu mengatakan tali pusat bayinya sudah lepas.
O : - Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda –tanda vital : TD : 100/80mmHg, N: 80 ×/menit, S: 36°C, R: 20×/menit
- Payudara : putting susu menonjol, tidak bengkak, ASI banyak, tidak ada pembengkakan massa yang abnormal.
- Abdomen : TFU teraba antara pusat dengan simfisis.
- AnoGenital : masih keluar darah berwarna coklat.
A : P2A0 post partum 6 hari dengan keadaan ibu baik.
P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu (ibu
mengerti).
2.Mengingatkan kembali kepada ibu agar selalu
membersihkan payudaranya, dan selalu melakukan
vulva hygiene (ibu mengerti dan akan mengikuti
anjuran).
3. Mengingatkan kembali pada ibu agar memberikan
ASI Eksklusif 6 bulan kepada bayinya karena baik
bagi bayi (ibu mengatakan akan memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya selama ASInya masih
ada).
4. Menyarankan agar ibu istirahat yang cukup. Mintalah bantuan kepada suami atau keluarga yang lain untuk membantu membereskan pekerjaan rumah (ibu akan mencobanya).
5. Mengingatkan kembali ibu agar selalu menjaga kehangatan bayi (ibu selalu menjaga agar bayinya tetap hangat).
6. Menyarankan pada ibu agar segera mengganti popok bayi jika bayi BAB atau pun BAK (ibu mengerti).
7. Memberitahu tanda-tanda bahaya pada bayi : tali pusat berdarah, berbau busuk, keluar nanah, merah, bengkak, demam, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah, kejang, menangis terus-terusan, dll. Menyarankan ibu agar segera datang ke tenaga kesehatan jika menemui tanda-tanda bahaya tersebut (ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
2 minggu,
27-12-2009
Jam 15.00 WIB












Jam 15.05 WIB S : - Ibu mengatakan tidak merasakan keluhan.
- Ibu mengatakan ASI yang keluar banyak.
- Ibu mengatakan BAB dan BAK lancar.
O : - Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tanda –tanda vital : TD : 110/80mmHg, N: 70 ×/menit, S: 36,7°C, R: 18×/menit
- Payudara : putting susu menonjol, tidak bengkak, ASI banyak, tidak ada pembengkakan massa yang abnormal.
- Abdomen : TFU tidak teraba
- AnoGenital : sudah tidak ada pengeluaran darah.
Luka jahitan : kering, tidak ada pus.
A : P2A0 post partum 2 minggu dengan keadaan ibu
baik.
P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu (ibu
mengerti).
2. Mengingatkan kembali kepada ibu agar selalu
membersihkan payudaranya, membersihkan luka
jahitan dan selalu melakukan vulva hygiene (ibu
mengerti dan akan mengikuti anjuran).
3. Mengingatkan kembali pada ibu agar memberikan ASI Eksklusif 6 bulan kepada bayinya karena baik bagi bayi (ibu mengatakan akan memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya selama ASInya masih ada).
4. Menyarankan agar ibu istirahat yang cukup. Mintalah bantuan kepada suami atau keluarga yang lain untuk membantu membereskan pekerjaan rumah (ibu akan mencobanya).
5. Mengingatkan kembali ibu agar selalu menjaga kehangatan bayi (ibu selalu menjaga agar bayinya tetap hangat).
6. Memberi konseling tentang pentingnya ber-KB sekaligus membicarakan rencana KB yang dulu pernah ibu rencanakan (ibu mengerti).
7. Mengingatkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk ditimbang dan memberikan konseling tentang imunisasi.
8. Memberikan konseling tentang hubungan seksual selama masa nifas.
9. Menyarankan pada ibu agar segera mengganti popok bayi jika bayi BAB atau pun BAK (ibu mengerti).
3 Jumat,
29-01-2010
Jam 13.10 WIB






Jam 13.20 WIB
S : - Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan.
O : - Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda –tanda vital : TD : 110/80mmHg, N: 68 ×/menit, S: 36,5°C, R: 20×/menit
- Payudara : putting susu menonjol, tidak bengkak, ASI banyak, tidak ada pembengkakan massa yang abnormal.
A : P2Ao post partum 6 minggu dengan keadaan ibu baik.
P : - Menanyakan pada ibu tentang penyulit- penyulit
yang ibu dan bayi temui (Ibu mengatakan tidak ada
penyulit yang dialami ibu maupun bayinya).
- Memastikan kontrasepsi yang akan ibu gunakan (ibu sudah memilih kontrasepsi suntik yang 3 bulan sekali sebagai pilihan untuk ber-KB).




3.4 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

No. Register : -
Tanggal Masuk : 15-12-2009 WIB
Tanggal / Jam Pengkajian : Rabu, 15-12-2009 / jam 08.00 WIB
Pengkaji : Edeh Patmawati
Tempat : BPS Bidan E Kota Garut.

IDENTITAS BAYI
Nama : Bayi Ny.R
Tanggal lahir : Rabu, 15-12-2009 / jam 23.20 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan

I. DATA SUBJEKTIF
A. Alasan Periksa
Asuhan Kebidanan pada BBL 6 jam.
B. Riwayat Persalinan Sekarang
Ibu P2A0 persalinannya ditolong oleh bidan yang bertempat di BPS Bidan E Kota Garut. (Ruang Bersalin). Cara persalinan spontan. Ibu melahirkan seorang bayi dengan jenis kelamin Perempuan, BB 3500 gr dan PB 52 cm.. Tidak ada penyulit pada anak. Bayi langsung menangis, gerak aktif dan warna kulit kemerahan, kelainan (-), anus (+).

C. Keadaan Bayi Saat Lahir
Saat lahir, bayi langsung menangis secara spontan, gerakannya aktif dan juga warna kulit kemerahan.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan, tidak ada keluarganya yang menderita penyakit keturunan.
E. Intake Cairan
Bayi diberi ASI 40 menit setelah lahir. Bayi tidak diberi minuman lain seperti air putih atau susu, bayi hanya diberi ASI saja.
F. Riwayat Eliminasi
Bayi langsung BAB 2 jam setelah lahir berwarna hijau kecoklatan dan bayi juga sudah BAK satu kali.
G. Riwayat Istirahat dan Tidur
Ibu mengatakan bayinya sudah tidur cukup lama setelah diberi ASI.
H. Riwayat Psikososial
Ibu sangat senang dengan kelahiran anak keduanya ini, begitu pula dengan suami dan keluarganya yang lain.
I. Riwayat Lingkungan
Rumah bersih, air bersih, pencahayaan kurang, pola hidup kurang sehat karena ada yang merokok di dalam rumah yaitu suami ibu.
J. Faktor Ibu Dan Perinatal
Sewaktu hamil, ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan di BPS yaitu sebanyak 6 kali. Ibu juga sudah mendapatkan imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali selama hamil.
K. Faktor Neonatal
Bayi langsung menangis saat dilahirkan, gerakannya pun aktif dan warna kulit kemerahan.

II. DATA OBJEKTIF
A. Keadaan Umum : Baik
B. Berat Badan : 3500 gram
Panjang Badan : 52 cm.
C. Suhu : 36,8°C
Pernapasan : 49x/menit
Denyut Jantung : 138x/menit
D. Lingkar kepala : 33 cm.
Lingkar dada : 34 cm
Lingkar perut : 32 cm


E. Pemeriksaan fisik
 Kulit : Warna kemerahan, verniks masih ada
 Kepala : Simetris, terdapat rambut, ubun-ubun datar.
 Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik,
tidak ada infeksi.
 Hidung : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan, tidak ada benjolan
abnormal.
 Mulut : Simetris, bibir lembab, warna merah muda, refleks rooting
ada, refleks suckling ada, refleks swallowing ada.
 Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan, letak telinga
sejajar dengan mata.
 Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar lymfe dan kelenjar
thyroid.
 Dada : Simetris, terdapat benjolan putting, posisi putting simetris,
pergerakan dada baik.
 Abdomen : Tidak ada pembesaran massa yang abnormal,bentuk bulat,
tali pusat bersih, tidak ada tanda infeksi.
 Genetalia : Labia menutupi labia minora.
 Punggung : Simetris, tidak ada benjolan abnormal.
 Bokong : Lipatan bokong simetris, tidak ada benjolan abnormal.
 Anus : Lubang anus ada, tidak ada kelainan.
 Ekstremitas :
Ekstremitas atas : Gerak aktif, jumlah jari lengkap, refleks
genggam ada, tidak ada kelainan.
Ekstremitas bawah : Gerak aktif, jumlah jari lengkap, refleks babinski
ada, tidak ada kelainan.




III. ASSESSMENT
Neonatus 6 jam post natal dengan keadaan baik.

IV. PLANNING
Jam 09.00 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu (ibu mengerti).
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu (ibu mengerti).
3. Memberikan konseling pada ibu mengenai perawatan tali pusat seperti tali pusat cukup dibersihkan dengan air biasa dan dijaga kebersihannya dan juga konseling tentang menjaga kehangatan bayi dengan menjauhkan bayi dari jendela untuk menghindari hipotermi, dan segera mengganti popok bayi jika bayi BAB dan BAK (ibu mengerti dan akan melakukannya).
4. Memberikan konseling pada ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif 6 bulan kepada bayi tanpa memberikan makanan tambahan lain termasuk air putih (ibu akan memberikan ASI Eksklusif 6 bulan kepada bayinya).
5. Memberikan tetes mata antibiotic profilaksis, dan vitamin KI, I mg intramuskular di paha kiri.(bayi sudah di berikan tetes mata dan di suntikan imunisasi vitamin KI setelah 1 jam dilakukan IMD).
6. Memberikan konseling tentang tanda-tanda bahaya bayi pada ibu :
 Pernapasan < 30 kali per menit atau > 60 kali per menit.
 Suhu > 380C.
 Warna kulit kuning dalam 24 jam pertama, biru atau pucat.
 Pemberian makan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah.
 Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, berdarah.
 Tinja atau kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, ada lendir atau darah pada tinja.
 Aktifitas : menggigil atau menangis tidak biasa, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus.
Dan menyarankan ibu agar segera datang ke tenaga kesehatan jika menemukan tanda-tanda bahaya tersebut (ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
7. Menyarankan pada ibu untuk melakukan kontrol bersama bayinya 6 hari lagi (ibu mengatakan akan datang bersama bayinya 6 hari lagi).
8. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP (SOAP sudah dikerjakan).










Tabel 3.4
CATATAN PERKEMBANGAN PADA BAYI BARU LAHIR
No Hari/tgl/jam Catatan Perkembangan
1 Senin,
21-12-2009
Jam 10.15







Jam 10.27 S : - Ibu mengatakan merasa senang atas kelahiran anak keduanya
. - Ibu mengatakan tali pusat bayi sudah lepas.
O : - Keadaan umum : Baik
- Tanda-tanda vital :
Suhu : 36,6°C,
Denyut jantung : 125×/menit,
Pernapasan : 44×/menit
- BAB ± 2× sehari
- BAK ± 5× sehari
A :- Neonatus 6 hari post natal dengan keadaan baik.
P : 1. Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar (ibu
mengerti).
2. Memberikan konseling pada ibu tentang imunisasi untuk
bayi.
3. Memberikan konseling pada ibu mengenai perawatan tali pusat seperti tali pusat cukup dibersihkan dengan air biasa dan dijaga kebersihannya dan juga konseling tentang menjaga kehangatan bayi dengan menjauhkan bayi dari jendela untuk menghindari hipotermi, dan segera mengganti popok bayi jika bayi BAB dan BAK (ibu mengerti dan akan melakukannya).
4. Memberikan konseling pada ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif 6 bulan kepada bayi tanpa memberikan makanan tambahan lain termasuk air putih (ibu akan memberikan ASI Eksklusif 6 bulan kepada bayinya).
5. Memberikan konseling tentang tanda-tanda bahaya bayi dan menyarankan ibu agar segera datang ke tenaga kesehatan jika menemukan tanda-tanda bahaya tersebut (ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
6. Memberitahu ibu agar selalu membawa bayinya ke tempat pelayanan kesehatan untuk ditimbang setiap bulan dan diimunisasi BCG dan polio ketika bayi berusia 1 bulan (ibu mengerti).
2. Minggu,
27-12-2008
Jam 15.15







Jam 15.20 S : - Ibu mengatakan selalu membangunkan bayinya setiap 3
jam untuk diberi ASI.
O : - Keadaan umum : Baik
- Tanda-tanda vital :
Suhu : 36,5°C,
Denyut jantung : 126×/menit,
Pernapasan : 44×/menit
- BAB ± 2× sehari
- BAK ± 5× sehari
A :- Neonatus 2 minggu post natal dengan keadaan bayi baik
P : 1. Memberitahukan hasi pemeriksaan pada ibu (ibu
mengerti)
2. Mengingatkan kembali pada ibu untuk memberi ASI
Tanpa menambahkan makanan apapun sampai 6 bulan
(ibu tidak memberikan makanan tambahan apapun kepada
bayinya).
3. Mengingatkan kembali tanda-tanda bahaya pada bayi dan
menyarankan agar segera datang ke tenaga kesehatan jika
menemukan tanda-tanda bahaya (ibu mengerti dan bersedia
melakukannya).
4. Mengingatkan kembali ibu cara-cara menjaga kehangatan
bayi (ibu mengerti dan masih ingat).
5. Mengingatkan kembali pada ibu agar selalu membawa
bayinya ke tempat pelayanan kesehatan untuk ditimbang
setiap bulan dan diimunisasi BCG dan polio ketika bayi
berusia 1 bulan (ibu mengerti).

3.
Minggu
03-01-2010
Jam 13.25






Jam 13.27 S : Ibu mengatakan bayinya sudah di imunisasi BCG dan Polio
O : - Keadaan umum : Baik
- Tanda-tanda vital :
Suhu : 37°C,
Denyut jantung : 122×/menit,
Pernapasan : 42×/menit
- BAB ± 2× sehari
- BAK ± 6× sehari
A : Neonatus 6 minggu post natal dengan keadaan baik
P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu (ibu
mengerti).
- Menyarankan pada ibu agar makan-makanan yang bergizi
seimbang untuk membantu produksi ASI (ibu sering
makan sayuran).
- Memberitahu ibu agar datang kembali ke tempat
pelayanan kesehatan pada tanggal 03 Februari 2010 untuk
kembali mengimunisasi bayinya yaitu imunisasi DPT 1,
Hepatitis B1, dan Polio 2 (ibu mengatakan akan datang).

BAB II

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi Kehamilan
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai persalinan adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir, dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu maka disebut kehamilan post matur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan yang terakhir ini akan mempengaruhi viabilitas (kelangsungan hidup) bayi yang dilahirkan karena bayi yang terlalu muda mempunyai prognosis yang buruk.
Kehamilan dibagi dalam 3 trimester yaitu :
1. Trimester pertama : 0 – 12 minggu
2. Trimester kedua : 13 – 28 minggu
3. Trimester ketiga : 29 – 42 minggu
(Wiknjosastro, 2007 : 125)

2.1.2 Perubahan Fisiologi Kehamilan
Perubahan fisiologi kehamilan menurut Wiknjosastro (2007 : 89) yaitu sebagai berikut :

a. Uterus
Beratnya uterus akan mengalami perubahan dari yang semula 30 gram menjadi seberat 1000 gram dengan panjang kurang lebih 20 cm dan dindingnya 2,5 cm pada akhir kehamilan.
b. Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga nampak makin merah dan kebiru-biruan atau yang disebut tanda Chadwicks.
c. Ovarium
Dengan adanya kehamilan ovarium yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur kehamilan 16 minggu,
d. Payudara
Payudara akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada saat laktasi. Pertumbuhan dan perkembangan payudara melibatkan hormon estrogen, progesteron dan somatomammotropin.
e. Sistem Sirkulasi Darah
a) Volume Darah
Volume darah pada kehamilan akan semakin meningkat dan terjadinya hemodilusi atau pengenceran darah dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu dan mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu serum darah (volume darah)
f. Sistem Respirasi
Pada kehamilan akan terjadi perubahan sistem pernafasan karena terjadinya desakan diafragma yang disebabkan dorongan uterus yang membesar pada kehamilan 32 minggu akibatnya kebutuhan O2 meningkat. Dengan demikian ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20% sampai 25% dari biasanya.
g. Sistem Pencernaan
Akibat pengaruh estrogen pengeluaran asam lambung pun akan meningkat dan menyebabkan:
1) Hipersalivasi atau pengeluaran air liur yang berlebih.
2) Daerah lambung terasa panas.
3) Terjadi mual dan sakit/ pusing kepala terutama pagi hari (morning sickness).
4) Emesis atau muntah dan hiperemesis muntah berlebih.
5) Gerak usus makin berkurang yang dapat menyebabkan obstipasi atau susah buang air besar.
h. Sistem Perkemihan
Pada bulan–bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh membesarnya uterus, akan berkurang seiring bertambahnya usia kehamilan karena uterus keluar dari rongga panggul akan tetapi akan timbul lagi pada akhir kehamilan oleh karena kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, kandung kemih tertekan kembali yang akan mengakibatkan terjadinya gangguan miksi atau buang air yang sering.
i. Sistem Metabolisme
Seiring dengan terjadinya kehamilan maka metabolisme tubuh pun akan mengalami perubahan yang mendasar dimana kebutuhan akan nutrisi akan semakin tinggi untuk pertumbuhan janin dan untuk persiapan laktasi.
j. Perubahan Pada Kulit
Pada kulit akan terjadi deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, cloasma gravidarum pada pipi yang akan menghilang setelah persalinan.

2.1.3 Tanda- tanda Kehamilan
1. Tanda Tidak Pasti Kehamilan
Tanda tidak pasti kehamilan atau tanda presumtif adalah perubahan-perubahan yang dirasakan oleh ibu (bersifat subjektif) yang timbul selama kehamilan. Yang termasuk tanda presumtif ini adalah :
a) Amenorrhoe (tidak mendapat haid). Hari pertama haid terakhir (HPHT) penting diketahui untuk menentukan usia kehamilan dan tafsiran partus.
b) Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah). Enek biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai akhir triwulan pertama yang terkadang disertai dengan muntah dan sering terjadi di pagi hari (morning sickness). Dalam batasan tertentu, masih dapat dianggap fisiologis tapi bila terlampau sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut hiperemesis gravidarum.
c) Mengidam (menginginkan makanan dan minuman tertentu terutama pada trimester pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan).
d) Sinkope (pingsan). Umumnya terjadi pada bulan-bulan awal kehamilan tapi akan menghilang setelah kehamilan 18 minggu.
e) Mastodinia (rasa kencang dan nyeri pada payudara yang disebabkan oleh payudara membesar). Pembesaran payudara ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara sehingga kelenjar Montglomery tampak lebih jelas.
f) Anoreksia (tidak ada nafsu makan). Biasanya terjadi pada trimester pertama kehamilan, kemudian nafsu makan akan kembali normal.
g) Miksi sering. Hal ini terjadi karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang semakin membesar. Tapi pada trimester kedua, keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar telah keluar dari rongga panggul. Namun pada akhir trimester ketiga, keluhan ini akan timbul kembali karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kandung kemih.
h) Konstipasi. Ini terjadi karena tonus otot – otot usus menurun oleh pengaruh hormon progesteron.
i) Pigmentasi kulit. Biasanya terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung dan dahi. Sekitar pipi dikenal dengan nama kloasma gravidarum (topeng kehamilan), pada areola mamae menjadi lebih hitam karena adanya hiperpigmentasi, dan dinding perut terdapat linea alba dan nigra juga striae livida dan albican. Hal ini terjadi karena pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
j) Epulis. Sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.
k) Varises (penekanan vena-vena). Sering dijumpai pada trimester akhir. Terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron sehingga pembuluh darah vena lebih tampak. Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar daerah genetalia eksterna, kaki, betis dan payudara dan menghilang setelah melahirkan. Menurut Hanafia Wiknjosastro (2007 : 125)
2. Tand Pasti Kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat di tentukan dengan jalan.
a. Gerakan janin dalam rahim
b. Denyut jantung janin

2.1.4 Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda Bahaya Kehamilan (Saifudin, 2002 : 94) yaitu :
a. Perdarahan vagina.
b. Sakit kepala yang hebat menetap dan tidak hilang.
c. Perubahan visualisasi yang tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja).
d. Nyeri abdomen yang hebat
e. Bengkak pada muka atau tangan
f. Bayi kurang bergerak seperti biasa

2.1.5 Antenatal Care
2.1.5.1 Definisi
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. (Manuaba, 1998: 129)
Meskipun kehamilan adalah sesuatu hal yang fisiologis, tetapi pada sebagian ibu hamil tidak menutup kemungkinan adanya komplikasi-komplikasi yang membuat kehamilannya bersifat patologis. Untuk dapat mengetahui adanya komplikasi atau berbagai kelainan dalam kehamilan secara dini diperlukan pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care ini sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.
2.1.5.2 Tujuan
Tujuan dari antenatal menurut Manuaba (1998 : Hal.29 ) adalah:
a. Dapat mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat pada saat kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan dan nifas.
c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas, laktasi dan aspek keluarga berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

2.2 PERSALINAN
2.2.1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2007 : 180).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain yang berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).

2.2.2 Fisiologi Persalinan
a. Persalinan berdasarkan prosesnya.
i. Persalinan Spontan adalah persalinan dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
ii. Persalinan Buatan adalah persalinan yang dibantu oleh tenaga dari luar misalnya ekstraksi vakum, forseps, atau operasi caesar.
iii. Persalinan Percobaan atau Anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya namun berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian oksitosin atau prostaglandin.
b. Persalinan berdasarkan usia kehamilan dan berat badan bayi yang dilahirkan.
i. Partus immatur adalah pengeluaran hasil konsepsi antara usia kehamilan 22-28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500-999 gr.
ii. Partus Prematur adalah pengeluaran hasil konsepsi antara usia kehamilan 28-37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000-2499 gr.
iii. Partus Aterm adalah pengeluaran hasil konsepsi antara usia kehamilan 37-42 minggu atau bayi dengan berat badan antara 2500 gr atau lebih.
iv. Partus Serotinus adalah pengeluaran hasil konsepsi setelah usia kehamilan lebih dari 42 minggu .

2.2.3 Tanda Persalinan Menurut Manuaba, 1998: 165
a. Terjadinya his persalinan yang mempunyai sifat: pinggang akan terasa sakit yang menjalar ke arah luar, sifat his teratur dengan interval yang makin pendek dan kekuatan yang semakin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks dan ketika beraktivitas kekuatan his ini akan bertambah.
b. Pengeluaran lendir dan darah sabagai pembawa tanda. Pengeluaran lendir ini disebabkan oleh terjadinya perubahan serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan. Dari pembukaan ini menyebabkan lendir yang terdapat kanalis servikalis lepas dan terjadinya perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
c. Pengeluaran cairan seiring dengan makin luasnya pembukaan. Pada umumnya ketuban pecah menjelang pembukaan lengkap.

2.2.4 Pembagian Tahap Persalinan
a. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung dari pembukaan nol hingga pembukaan lengkap/ pembukaan sepuluh. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam dan untuk multigravida sekitar 8 jam. Persalinan kala I dibagi kedalam 2 fase yaitu:
1. Fase laten : pembukaan 1-3 cm berlangsung 7-8 jam.
2. Fase aktif : pembukaan 4-10 cm berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 periode yaitu :
a. Periode akselerasi : berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
b. Periode dilatasi maksimal berlangsung 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c. Periode deselerasi berlangsung lambat dalam 2 jam pembukan menjadi 10 cm.
b. Kala II
Persalinan kala II bisa diketahui dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan telah lengkap atau kepala janin telah nampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Selain itu gejala-gejala utama pada kala II adalah:
1) Adanya dorongan kuat untuk meneran.
2) Tekanan pada anus
3) Perineum menonjol
4) Vulva membuka.
c. Kala III
Kala III terjadi setelah bayi lahir dengan mulai terhentinya kontraksi sekitar 5 sampai 10 menit. Karena sifat retraksi otot rahim setelah bayi lahir pelepasan plasenta pun sudah mulai. Terlepasnya plasenta ditandai dengan:
1) Uterus yang menjadi bundar
2) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.
3) Tali pusat bertambah panjang
4) Adanya semburan darah
d. Kala IV
Kala IV adalah observasi pada ibu postpartum dengan maksud untuk melakukan observasi karena perdarahan yang paling sering terjadi pada 2 jam postpartum.
2.2.5 Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm. Partograf harus dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi. Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
a. Denyut jantung janin : catat setiap 1 jam pada fase laten dan 30 menit pada fase aktif.
b. Air ketuban : Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina :
U : Selaput Utuh
J : Selaput pecah, air ketuban Jernih
M : Air ketuban bercampur dengan Mekonium
D : Air ketuban bernoda Darah
K : Tidak ada cairan ketuban/Kering
c. Penyusupan atau Moulage
0 : Sutura terpisah
1 : Sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian
2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
2 Pembukaan mulut rahim (serviks) dinilai setiap 4 jam diberi tanda silang (x).
3 Penurunan : mengacu pada bagian kepal (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) di atas symphysis pubis; catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, oksiput (S) kepala sudah tampak 5-6 cm di depan vulva.

Gambar : 2.1 Penurunan Kepala Bayi
4 Waktu : Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
5 Jam : catat jam sesungguhnya.
6 Kontraksi : Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik :
a. Kurang dari 20 detik.
b. Antara 20 dan 40 detik.
c. Lebih dari 40 detik
7 Oksitosin : Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit.
8 Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan.
9 Nadi. Catatlah setiap 30 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (.).
10 Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
11 Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam
12 Protein, aseton, dan volume urine. Catatlah setiap kali ibu berkemih. Jika temuan-temuan berada di bawah garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.

2.3 Sungsang
2.3.1 Sikap bidan dalam menghadapi letak sungsang
(Menurut Manuaba ,1998 : 377)
Bidan yang menghadapi kehamilan dari persalinan letak sungsang sebaiknya:
1. Melakukan rujukan ke Puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapatkan petunjuk kepastian posisi bayi dalam rahim.
2. Bila masih ada kesempatan, melakukan rujukan penderita ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan yang optimal.
3. Bila terpaksa, melakukan pertolongan persalinan letak sungsang sebaiknya bersama dokter puskesmas atau dokter keluarga.
4. Kepada penderita perlu diberi KIE dan motivasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk “ informed consent”
Bidan mempunyai peranan penting untuk ikut serta menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu dan perinatal pada letak sungsang.

2.3.2 Persalinan Letak Sungsang
2.3.2.1 Pengertian
Beberapa pengertian mengenai letak sungsang:
1. Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong) (Obstetri Patologi UNPAD, 2005: 132).
2. Letak sungsang merupakan letak memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada difundus dan bokong dibawah (Sinopsis Obstetri 1998 : 350)
3. Letak sungsang terjadi jika bokong dengan/kaki merupakan bagian terendah janin (Saifuddin, 2002:M-62)

2.3.3 Penyebab terjadinya letak sungsang
1. Sudut ibu.
a. Keadaan rahim.
1) Rahim arkuatus.
2) Septum pada rahim.
3) Uterus duplek.
4) Mioma bersama kehamilan.
b. Keadaan plasenta.
1) Plasenta letak rendah.
2) Plasenta previa.
c. Keadaan jalan lahir
1) Kesempitan panggul.
2) Deformitas tulang panggul.
3) Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan putaran ke posisi kepala.
2. Sudut janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang
a. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
b. Hidrosefalus atau anensefalus
c. Kehamilan kembar
d. Prematuritas.
2.3.4 Komplikasi Persalinan Sungsang Pervaginam
(http://reproduksiumje.blogspot.com.)
1. Komplikasi ibu
a. Perdarahan
b. Trauma jalan lahir
c. Infeksi
2. Komplikasi anak
a. Sufokasi / aspirasi :
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi.
Asfiksia :
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase cepat
b. Trauma intra kranial:
Terjadi sebagai akibat :
1) Panggul sempit
2) Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
3) Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
c. Fraktura / dislokasi:
Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
1) Fraktura tulang kepala
2) Fraktura humerus
3) Fraktura klavikula
4) Fraktura femur
5) Dislokasi bahu
d. Paralisa nervus brachialis
yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi dan juga akibat regangan pada leher saat membebaskan lengan.

2.3.5 Mekanisme persalinan letak sungsang fisiologis (Menurut Mauaba,1998 : 360)
Bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan melakukan putaran paksi luar dalam sehingga trochanter depan berada dibawah simfisis. Dengan trochanter depan sebagai hipomoklion,akan lahir trochanter belakang dan selanjutnya seluruh bokong lahir. Sememtara itu bahu memasuki jalan lahir dan mengikuti jalan lahir untuk melakukan putar paksi dalam sehingga bahu depan berada di bawah simfisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan dan tangan depan.
Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putar paksi dalam sehingga suboksiput berada di bawah simfisis. Suboksiput menjadi hipomoklion, berturut-turut akan lahir, dagu, mulut hidung,muka dan kepala seluruhnya.
Persalinan kepala mempunyai waktu terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir. Melampaui batas 8 menit dapat menimbulkan kesakitan atau kematian bayi.

2.3.6 Bentuk-bentuk letak sungsang
Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa bentuk letak sungsang sebagai berikut:

Gambar 2.1. Tipe persentasi Letak bokong murni (frank breech) (http://www.emir-fakhrudin.com/presentasi-bokong.html)
1) Letak bokong murni (frank breech)
a. Teraba bokong
b. Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
c. Kedua kaki bertindak sebagai spalk.

Gambar 2.2. Tipe persentasi Letak bokong kaki sempurna (complete breech) (http://www.emir-fakhrudin.com/presentasi-bokong.html)
2) Letak bokong kaki sempurna (complete breech)
a. Teraba bokong
b. Kedua kaki berada di samping bokong


Gambar 2.3. Tipe persentasi Letak bokong tak sempurna (incomplete breech) (http://www.emir-fakhrudin.com/presentasi-bokong.html)

3) Letak bokong tak sempurna (incomplete breech)
a. Teraba bokong
b. Di samping bokong teraba satu kaki


Gambar 2.4. Tipe persentasi letak kaki(Bobak,2005: 789)
4) Letak kaki
a. Bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau lutut
b. Dapat dibedakan : letak kaki, bila kaki terendah : letak lutut bila lutut terendah
A. Pertolongan persalinan sungsang pervaginam
Pertolongan persalinan letak sungsang peraginam adalah:
1. Persalinan menurut metode Brach
Persalinan Brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan mengejan, sedangkan penolong membantu melakukan hiperlodosis. Teknik melakukannya adalah sebagai berikut :

a b

Gambar 2.5. Cara pertolongan persalina metode brach a. Melakukan lordosis, b. Hiper Lordosis (Obstetri Patologi UNPAD, 2005: 143)
a. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara Brach (kedua ibu jari pada kedua paha bayi, dan keempat jari kedua tangan lainnya memegang bokong bayi)
b. Dilakukan hiperlordosis dengan melengkungkan bokong kearah perut ibu
c. Seorang membantu melakukan tekanan Kristeller pada fundus uteri, saat his dan mengejan
d. Lahir berturut-turut dagu, mulut, hidung, muka dan kepala bayi
e. Bayi diletakkan di perut ibu untuk memotong tali pusat dan selanjutnya dirawat sebagai mana mestinya
Bila persalinan dengan satu kali his dan mengejan tidak berhasil, maka pertolongan Brach dianggap gagal, dan dilanjutkan dengan ekstraksi (manual aid)
2. Ekstraksi parsial
a. Secara klasik/deventer
b. Secara muller
c. Secara loevset
Persalinan dengan ekstraksi bokong parsial dimaksudkan bahwa:
1) Persalinan bokong sampai umbilikus berlangsung dengan kekuatan sendiri
2) Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala
3) Dilakukan persalinan bantuan denganjalan: secara muller dan loevset.
a. Pertolongan ekstraksi bokong secara klasik

1 2

3
Gambar 2.6. Cara pertolongan ekstraksi bokong secara klasik (Mauaba,1998: 366)
Teknik ekstraksi bokong parsial, secara klasik dilakukan sebagai berikut:
1. Tangan memegang bokong dengan telunjuk pada spina anterior superior
2. Tarik curam ke bawah sampai ujung skapula tampak
3. Badan anak dipegang sehingga perut anak didekatkan ke perut ibu, dengan demikian kedudukan bahu belakang menjadi lebih rendah
4. Tangan lainnya (analog) menelusuri bahu belakang sampai mencapai persendian siku
5. Tangan belakang dilahirkan, dengan mendorong persendian siku menelusuri badan bayi
6. Selanjutnya badan anak dipegang sedemikian rupa, sehingga punggung anak mendekati panggul ibu
7. Tangan lainnya menelusuri bahu depan, menuju persendian siku, selanjutnya lengan atas dilahirkan dengan dorongan persendian siku
Persalinan kepala dilakukan sebagai berikut:
a. Badan anak seluruhnya ditunggangkan pada tangan kiri
b. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut bayi, untuk mempertahankan situasi fleksi
c. Dua jari lain menekan pada os maksilaris, untuk membantu fleksi kepala
d. Tangan kanan memegang leher bayi, menarik curam ke bawah sehingga suboksiput berada di bawah simpisis sebagai hipomoklin
e. Kepala bayi dilahirkan dengan melakukan tarikan tangan kanan, sambil melakukan putaran ke arah perut ibu
f. Berturut-turut lahir, dagu, mulut, muka dahi, dan kepala seluruhnya.
g. Setelah bayi lahir, letakkan di atas perut ibu, tali pusat dipotong, lendir dibersihkan, dan selanjutnya dirawat sebagaimana mestinya.
b. Persalinan ekstraksi bokong persial menurut Muller
Persalinan ekstraksi bokong persial menunut Muller tidak banyak mempunyai perbedaan dengan secara ” klasik “. Perbedaannya terletak pada persalinan lengan depan dilakukan terlebih dahulu dengan jalan:
1 2
3

Gambar 2.7. Cara Pengeluaran lengan secara Muller (Mauaba,1998: 367)
1. Punggung bayi didekatkan ke punggung ibu, sehingga skapula tampak
2. Tangan lainnya menelusuri bahu depan menuju lengan atas, sampai persendian siku untuk melahirkan lengan atas
3. Perut bayi didekatkan ke perut ibu, tangan lain menelusuri bahu belakang, sampai persendian siku, dan selanjutnya lengan belakang dilahirkan
4. Persalinan kepala dilakukan menurut Mauriceau
5. Setelah bayi lahir tali pusat dipotong dan dibersihkan untuk dirawat sebagai mana mestinya.
c. Pertolongan persalinan bahu menurut Loevset
a b

c d
Gambar 2.8. Cara Pertolongan persalinan bahu menurut Loevset (Mauaba,1998: 367)
Konsep teknik Loevset untuk melahirkan bahu berdasarkan:
a. Perbedaan panjang jalan lahir depan dan belakang
b. Bahu depan yang berada di bawah simpisis bila diputar menjadi bahu belakang kedudukannya menjadi lebih rendah sehingga otomatis terjadi persalinan
c. Bahu belakang setelah putaran 90° menjadi bahu depan, kedudukannya menjadi lebih rendah sehingga secara otomatis terjadi persalinan
d. Pada waktu melakukan putaran disertai tarikan sehingga dengan putaran tersebut kedua bahu dapat dilahirkan
e. Persalinan kepala dapat dilakukan dengan teknik Mauriceau
3. Pertolongan persalinan kepala
1) Pertolongan persalinan kepala menurut Mauricen-viet Smellie.
Bila terjadi kegagalan persalinan kepala dapat dilakukan pertolongan secara Mauriceau (Viet Smellie):
a b
c
Gambar 2.9. Cara Pertolongan persalinan kepala menurut Mauricen-viet Smellie. (Mauaba,1998: 369)
a. Badan anak ditunggangkan pada tangan kiri
b. Tali pusat dilonggarkan
c. Jari tengah dimasukkan kedalam mulut bayi, dua lainnya diletakkan pada tulang pipi serta menekan ke arah badan bayi sehingga fleksi kepala dapat dipertahankan
d. Tangan kanan memegang leher bayi, curam ke bawah sampai suboksiput, kepala bayi diputar ka atas sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, kepala bayi seluruhnya
Abdomen bersandar pada lengan bawah kiri operator. Jari telunjuk tangan di maksila Bayi. Tangan kanan ditempatkan di atas tengkuk.
1) Persalinan kepala dengan ekstraksi forcep
Kegagalan persalinan kepala dengan tekhnik Mauriceu Viet Smellie dapat diteruskan dengan ekstraksi forcep.
4. Ekstraksi bokong total
Ekstraksi bokong total bila proses persalinan letak sungsang seluruhnya dilakukan dengan kekuatan dari penolong sendiri. Bentuk pertolongan ekstraksi bokong total menjadi ekstraksi bokong dan ekstraksi kaki (satu kaki, dua kaki).
1. Ekstraksi bokong
Ekstraksi bokong dilakukan sebagai berikut:
a. Jari telunjuk tangan kanan dimasukkan agar dapat mencapai pelipatan paha depan
b. Dengan mengait paha spina ichiadica anterior superior dilakukan tarikan curam ke bawah sehingga trochanter depan dapat dilahirkan
c. Setelah bahu depan lahir dilakukan tarikan ke atas sehingga trochanter belakang mencapai perineum
d. Setelah trochanter belakang mencapai perineum telunjuk tangan kiri dimasukkan ke pelipatan paha, dan mencapai spina ischiadica anterior superior belakang
e. Dengan kedua telunjuk dilakukan persalinan metode secara klasik, kombinasi dengan tindakan Loevset
f. Persalinan kepala dilakukan menurut Mauriceau V. Smelle
g. Setelah bayi lahir dilakukan perawatan sebagaimana mestinya.
2. Ekstraksi kaki
Ekstraksi kaki lebih mudah dibandingkan dengan ekstraksi bokong. Oleh karena itu, bila diperhatikan akan melakukan ekstraksi bokong diubah menjadi letak kaki. Menurunkan kaki berdasarkan profilaksis Pinard, yaitu pembukaan sedikitnya 7cm, ketuban telah pecah atau dipecahkan, dan diturunkan kaki ke depan. Bila terdapat indikasi dilakukan ekstraksi, kaki dengan seluruh kekuatan berasal dari penolong persalinan. Teknik lainnya sama dengan diatas.

2.4 Nifas
2.4.1 Definisi
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan normal yang berlangsung 6 minggu atau 42 hari. (Manuaba, 1998: 190).
Masa nifas (puerpenium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil dengan lamanya masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Mochtar Rustam, 1998:115).

2.4.2 Involusi Alat-alat Kandungan
Menurut Mochtar, Rustam 1998 : 115) pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan yang bersifat fisiolologis, diantaranya:
a. Involusi uterus
Uterus berangsur-angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil
Involusi TFU Berat Uterus
Plasenta lajir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat symphysis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas symphysis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

b. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari
c. Rasa sakit yang disebut after pains, (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat antisakit dan anti mules
d. Lochea
Lochea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas Pengeluaran lokia dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya adalah : Lokia rubra 1-3 hari, berwama merah dan hitam, berisi darah dan jaringan desidual. Lokia serosa 7-8 hari kemudian berwama kekuningan, Lokia alba berlangsung hari ke sepuluh dan berkurang menjadi tidak ada apapun dalam minggu selanjutnya berwarna putih dan berisi terutama leukosit dan sel decidual. Biasanya lokia berbau agak sedikit amis, kecuali bila terdapat infeksi dan akan berbau busuk.
e. Servik
Setelah persalinan,bentuk servik agak mengang seperti corong berwarna berwarna merah kehitam. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim; setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalu 1 jari.
f. Ligamen, Diafragma Pelvis, Serta Fasia
Yang meregang dan menjadi agak kendor sewaktu hamil dan partus berangsur-angsur kembali seperi semula. Untuk memulihkan kembali jaringan penujang alat genetalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan tertentu pada hari kedua sudah dapat dilakukan. Keuntungan lain ialah dapat dicegahnya statis darah yang dapat mengakibatkan trombosis masa nifas.

2.4.3 Tanda Bahaya Masa Nifas
a. Perdarahan pada vagina.
b. Perdarahan berwarna merah segar atau pengeluaran bekuan darah.
c. Lochea yang berbau busuk.
d. Nyeri pada perut atau pelvis.
e. Pusing atau lemas yang berlebihan.
f. Suhu tubuh ibu > 380C.
g. Tekanan darah tinggi.
h. Ibu mengalami kesulitan atau nyeri pada saat buang air kecil atau ada pergerakan usus.
i. Tanda-tanda mastitis : bagian yang kemerahan, bagian yang panas, gurat-gurat kemerahan pada payudara.
j. Terdapat masalah mengenai makan dan minum.


2.5 Bayi Baru Lahir Normal
2.5.1 Definisi
Masa neonatus atau bayi baru lahir adalah masa sejak bayi lahir hingga berusia 28 hari. (Bobak : 572).

2.5.2 Prinsip Dasar
Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil perlu diproitaskan, seperti gizi yang rendah, anemia, dekatkan jarak antar kehamilan, dan buruknya hygiene. Di samping itu perlu dilakukan pula pembinaan kesehatan prenatal yang memadai dan penganggulangan faktor-faktor yang menyebabkan kematian perinatal yang meliputi : 1) perdarahan, 2) hipertensi, 3) infeksi, 4) kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, 5) asfiksia, dan 6) hipotermia. (Saifudin, 2002: 132)

2.5.3 Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
a. Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada dua jam setelah bayi lahir meliputi : kemampuan menghisap kuat atau lemah, bayi tampak aktif atau lunglai, bayi kemerahan atau biru
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya, penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti : bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan, gangguan pernapasan, hipotermia, infeksi, cacat bawaan dan trauma lahir
c. Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir adalah:
1) Suhu badan dan lingkungan
2) Tanda-tanda vital.
a. Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur atau ketiak
b. Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun ekspirasi. Gerak pernapasan 30-50 kali per menit
c. Nadi dapat dipantau di semua titik-titik nadi perifer
d. Tekanan darah dipantau hanya bila ada indikasi. (Saifuddin, 2002: 136)



2.5.3.1 Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatdaruratan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan/kelainan yang menunjukkan suatu penyakit.
a. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-tanda seperti sesak napas, frekuensi pernapasan 60 kali/menit, gerak retraksi di dada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum
b. Tanda-tanda bayi sakit berat diantaranya ialah : sulit minum, sianosis sentral (lidah biru), perut kembung, periode apneu, kejang/periode kejang-kejang kecil, merintih, perdarahan, tubuh bayi kuning, berat badan lahir,1500 gram (Saifliddin, 2002 :139)

2.5.3.2 Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir
Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi, dikenal sebagai asuhan essensial neonatal yang meliputi:
1) Persalinan bersih dan aman
Melaksanakan persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang tepat
2) Memulai Pernafasan Spontan
Segera lakukan penilaian awal 0-30 detik. Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan mempertimbangkan atau menanyakan 5 pertanyaaan sebagai berikut:
a. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
b. Apakah bayi bernafas spontan ?
c. Apakah kulit bayi berwama kemerahan ?
d. Apakah tonus / kekuatan otot bayi cukup ?
e. Apakah ini kehamilan cukup bulan ?
2) Stabilisasi temperatur tubuh bayi / menjaga agar bayi tetap hangat. Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperature tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak dapat dicegah. Bayi yang kehilangan panas (hipotermia) beresiko tinggi jatuh sakit atau meninggal
3) ASI dini dan eksklusif
Anjurkan ibu memberikan ASI dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir dan berikan ASI saja selama 6 bulan pertama.
5) Pencegahan Infeksi
Tetes mata profilaksis (larutan perak nitrat 1%) atau salep antibiotik (tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5%) harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah bayi lahir. Upaya profilaksis untuk mencegah gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam waktu satu jam pertama kehidupan. (JNPK-KR, 2004 : 4-10)
6) Pemberian Imunisasi
Rekomendasi jadwal imunisai PPI (Program Pengembangan Imunisasi) (Mikrobiologi dan parasitologi 2003, 35)
a. Hepatitis B I pada 0 bulan, II pada 1 bulan, III 6 bulan, IV 6 tahun
b. BCG pada 0 bulan
c. DPT I pada 2 bulan, DPT II pada 3 bulan, DPT IV pada 18 bulan
d. POLIO I pada 0 bulan, polio II pada 2 bulan, polio III 3 bulan, polio IV 4 bulan
e. Campak 9 bulan
f. Memberi vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 - 0,5%. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral dengan dosis 1 mg / hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosisi 0,5-1 mg 1.M. (Sarwono, 2002: 135)
7) Perawatan tali pusat
Jangan membungkus pusar atau perut ataupun mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat, dan nasehati keluarga untuk tidak memberikan apapun pada pusar bayi. Mengusap alcohol ataupun povidon iodine masih diperkenankan sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah/lembab. Beri nasehat pada ibu dan keluarga lipat popok dibawah puntung tali pusat, jika puntung tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang (DTT) dan sabun. Keringkan secara seksama dengan kain bersih. (JNPK-KR, 2004 : 47)

2.5.4 Tanda-tanda Bahaya Yang Harus Diwaspadai Pada Bayi baru Lahir
1) Pernafasan : sulit atau lebih dari 60 kali permenit
2) Kehangatan : terlalu panas (> 38°C atau terlalu dingin < 36°C)
3) Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar
4) Pemberian makan : hisap lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
5) Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
6) Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit
7) Tinja/kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja
8) Aktivitas : menggigil, atau nangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus-terusan.

2.6 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
2.6.1 Definisi
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Jadwal dan asuhan selama kunjungan masa nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah persalinan - Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
- Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan : rujuk bila pendarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
- Pemberian ASI awal.
- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2 6 hari setelah persalinan - Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus uterus berada dibawah umbilical, tidak ada perdarahan abnormal.
- Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu setelah persalinan Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
4 6 minggu setelah persalinan - Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
- Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2.6.2 Langkah-Iangkah
Proses penatalaksanaan kebidanan ini terdiri dari 7 langkah:
I. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan
II. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasikan diagnosa/masalah
III. Mengidentifikasikan diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya
IV. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien
V. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya
VI. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
VII. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali penatalaksanaan proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

2.6.3 Metode Pendekataan SOAP
Selain menggunakan proses manajemen kebidanan, pendokumentasian asuhan kebidanan dapat pula menggunakan pendekatan SOAP.
Metode pendekatan SOAP terdiri dari 4 langkah yaitu :
S : Subyektif
Merupakan informasi atau data yang diperoleh dari klien
O : Obyektif
Merupakan data yang diperoleh dari data apa yang dilihat, hasil observasi dan hasil pemeriksaan.
A : Assessment
Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subyektif dan obyektif yang telah didapat.
P : Planning
Merupakan perencanaan, penatalaksaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang dibuat.



Keterkaitan Manajemen Kebidanan dengan Pendokumentasian SOAP