Jumat, 09 April 2010

BAB IV

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab IV ini, penulis akan membahas tentang hasil asuhan kebidanan terhadap Ny. R dengan Letak Sungsang di BPS Bidan E Kota Garut tahun 2009.
Dalam pelaksanaan menajemen kebidanan mengintreprestasikan data dasar, mengidentifikasi diagnosa/ masalah, mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial, menyusun rencana tindakan dan mengevaluasi tindakan, penulis tidak mendapatkan kesulitan yang berarti selama memberikan asuhan, karena berkat kerjasama yang baik antara pasien, keluarga dan petugas. Akan tetapi, terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan, yaitu :

4.1 Asuhan Pada Ibu Hamil
Dari data sekunder penulis dapat menyimpulkan bahwa ibu melakukan ANC di puskesmas sebanyak 11 x dan hal tersebut sudah sesuai dengan teori dari WHO (2002) semasa memeriksakan kehamilannya tidak ada keluhan yang memperberat atau diperberat oleh kehamilan, Ibu mendapatkan imunisasi TT lengkap, imunisasi TT 1 didapat pada usia kehamilan 2 bulan, dan TT 2 pada usia kehamilan 4 bulan. Seperti dijelaskan oleh ( Wiknojosastro, 2005) bahwa pemberian imunisasi TT dilakukan untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap penyakit tetanus neonatorum. Pada kehamilannya ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu-jamuan ibu hanya mengkonsumsi vitamin dan tablet penambah darah (Fe) yang diberikan oleh bidan. Berdasarkan kebijakan pemerintah setiap ibu hamil mendapatkan tablet fe sebanyak 90 tablet. Pemberian zat besi ini diberikan setelah rasa mual hilang, dikonsumsi sehari 1 kali pada malam hari.
Berdasarkan data sekunder yang didapat, selama hamil ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan Hb, urin dan yang lainnya. Menurut teori, pemeriksaan laboratoium baik dilakukan untuk ibu hamil karena dapat dijadikan pemeriksaan penunjang untuk memperkuat suatu diagnosa. Pada ibu hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan Hb pada awal-awal kehamilan, diulang kembali pada usia kehamilan 28 mingggu, boleh juga dilakukan pemeriksaan Hb menjelang usia hamil 36 minggu (Wiknojosastro:2005).
Pada saat pemeriksaan kehamilan yang ke 11 kali ibu tidak ada keluhan, pada saat dilakukan leopold ternyata letak janinnya persentasi bokong, karena umur kehamilannya sudah 39 minggu maka ibu dianjurkan untuk melahirkan di rumah sakit saja supaya jika ada kesulitan mudah diatasi.
Dari pernyataan diatas penulis merasa tidak ada kesenjangan antara teori dengan prktek yang ditemui oleh penulis dilapangan.

4.2 Persalinan
Persalinan pada bayi dengan persentasi bokong (sungsang), dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah. (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

KALA I
Proses persalinan Ny.R mulai dari kala 1 berlangsung ± 2 jam, lamanya kala 1 pada Ny. R dapat ditentukan secara pasti karena pada saat ibu datang dan dilakukan pemeriksaan pertama kalinya pembukaan 6 cm dengan keadaan portio tipis lunak, lamanya pembukaan servik Ny,R dari 6 cm menjadi ± 2 jam.
Kemajuan persalinan ibu selalu dipantau menggunakan partograf.

KALA II
Pada kala II tidak terdapat penyulit, lamanya kala II pada Ny.R adalah 10 menit, lamanya kala ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Wiknjosastro 2005 : 184) bahwa pada primigravida kala II berlangsung 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
Proses persalinan pada Ny. R tidak normal karena letak janin presentasi bokong, proses persalinan dilakukan secara normal pervaginam dan dilakukan tekhnik Bracht. Dari bokong lahir sampai kepala lahir hanya 1 menit, kemudian setelah itu kepala lahir. Dan teknik Bracht pun berhasil dilakukan. Dan ibu selalu dipantau menggunakan partograf yaitu untuk memantau proses persalinan.
Menurut teori ada beberapa teknik untuk melahirkan letak sungsang yaitu teknik Bracht, Lovset, Klasik, Muller. Dan cara Bracht menurut teori adalah “Bokong di tangkap, tangan diletakan pada paha dan sakrum kemudian janin ditarik ke atas. Penyebab letak sungsang pada Ny. R yaitu dengan adanya lilitan tali pusat.
Biasanya hal ini dilakukan pada janin kecil dan multipara” (Saifuddin, 2004).
Teknik Bracht yang dilakukan sesuai dengan teori.
Bayi lahir jam 23.20 WIB dengan teknik Bracht, bayi langsung menangis spontan, gerakan aktif dan kulit berwarna kemerahan.
Setelah bayi lahir segera dilakuakan palpasi abdominalis untuk memastikan janin kedua dan hasilnya tidak ada janin kedua, maka ibu segera diberikan oksitosin 10 IU IM di 1/3 paha atas bagian luar, setelah itu melakukan jepit-jepit potong tali pusat. Kemudian setelah dilakukan PTT plasenta lahir lengkap.

KALA III
Plasenta lahir jam 23.25 WIB dengan spontan dan lahir lengkap. Lamanya kala II berlangsung 5 menit, hal ini sesuai dengan pendapat (Wiknjosastro, 2005 : 185) yang menyatakan bahwa plasenta lengkap 6 – 15 menit setelah banyi lahir, begitu juga dengan (Saifuddin, 2002 : 101) yang mengatakan bahwa pelepasan plasenta tidak lebih dari 30 menit.
Menurut penulis keberhasilan kala III yaitu dilakukannya manajemen kala III sangat benar dimana oksitosin diberikan 10 IU IM setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya atonia uteri, merangsang kontraksi uterus, mempercepat pelepasan plasenta, melakukan PTT dengan Dorso cranial untuk mencegah inversio uterine dan massase uterus segera setelah plasenta lahir akan merangsang kontraksi uterus dan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir.
Menurut sumber APN terbaru bayi baru lahir harus dilakukan Inisiasi Menyusui Dini, begitu pula dengan bayi Ny. R segera setelah dilakuakn pemotongan tali pusat dilakukan Inisiasi Menyusui Dini, dengan cara kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu, badan bayi diletakan di dada ibu dan membiarkan ibu mendekapnya, posisi bayi berada diantara puting susu ibu, IMD dilakukan selama 1 jam dan bayi Ny. R berhasil melakukannya selama 40 menit setelah lahir.

KALA IV
Kal IV pada Ny. R berlangsung dengan normal, hasil observasi selama 2 jam postpartum menunjukan bahwa keadaan ibu baik. Asuhan kebidanan setelah plasenta lahir adalah memantau keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, perdarahan, kontraksi uterus, kandung kemih, tinggi fundus uteri, setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua. Pada kala ini Ny. R juga dianjurkan untuk memantau kontraksinya dengan melakukan massase uterus seprti yang telah diajarkan pada Ny. R.
Ny. R P2A0 melahirkan bayi keduanya dengan jenis kelamin permpuan, panjangnya 52 cm dan beratnya 3500 gram.
Kala IV pun berjalan dengan normal setelah dilakukan pengobservasian selama 2 jam postpartum tidak terjadi perdarahan, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, tanda-tanda vital baik.
Dari berbagai pernyataan diatas penulis merasa tidak ada kesenjangan antara teori dengan prktek yang ditemui oleh penulis dilapangan.

4.3 Nifas
Pemeriksaan kepada Ny. R sebanyak empat kali, yaitu pada 6 jam postpartum, 6 hari postpartum, 2 minggu postpartum dan 6 minggu postpartum. Masa nifas Ny. R berlangsung secara normal tanpa komplikasi dan pengeluaran ASI pun lancar.
Menurut (Sulaeman dan DKK, 2005) mules setelah melahirkan adalah hal yang fisiologis karena rahim berkontraksi sehingga otot rahim akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan.
Pada 6 jam postpartum, ibu mengatakan masih mules, tidak mengalami perdarahan akibat atonia uteri. Ibu sudah dapat berkemih secara lancar pada 2 jam postpartum, kolostrum keluar banyak, mobilisasi dini terlaksana dengan baik, serta hubungan ibu dengan bayi baik.
Pada hari ke-6, ke-14 dan ke 6 minggu ibu dan bayi sehat. Hal ini terlihat dari involusi uterus berjalan normal, pada hari ke-6 tinggi fundus uteri pertengahan simfisis pubis dan pusat, lochea serosa, pada hari ke 14 tinggi fundus uteri tidak teraba, terdapat pengeluaran lochea alba, dan pada kunjungan 6 minggu tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada tanda-tanda infeksi dan penyulit dalam masa nifas. Ibu dapat menyusui bayinya dengan baik, pengeluaran ASI lancar dan banyak, dan ibu memutuskan untuk memakai KB suntik untuk membatasi kehamilan.
Lochea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas Pengeluaran lokia dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya adalah : Lochea rubra 1-3 hari, berwarna merah dan hitam, berisi darah dan jaringan desidual. Lokia serosa 7-8 hari kemudian berwarna kekuningan, Lokia alba berlangsung hari ke sepuluh dan berkurang menjadi tidak ada apapun dalam minggu selanjutnya berrwama putih dan berisi terutama leukosit dan sel decidual. Biasanya lokia berbau agak sedikit amis, kecuali bila terdapat infeksi dan akan berbau busuk. (Varney, 2004 : 551)
Pada 6 jam post partum kolostrum sudah keluar banyak dan pada 6 hari sampai 6 minggu pengeluaran ASI sudah banyak dan lancar keadaan ini sesuai dengan teori (Sarwono 2002 : 240) yang menyatakan bahwa timbul pengaruh hormon hipofisis kembali antara lain lactogenic hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mammae yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air susu baru berlangsung pada hari ke 2-3 postpartum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum yang mengandung banyak protein albumin dan globulin dan mudah dicerna maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain pengaruh hormonal diatas salah satu terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui bayi itu sendiri. Kadar prolaktin akan meningakat dengan perangsangan fisik pada puting susu.
Rangsangan psikis merupakan reflek dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin dihasilkan sehingga air susu dapat dikeluarkan sebagai efek samping memperbaiki involusi uterus, menciptakan hubungan kasih sayang yang intim, melindungi bayi terhadap infeksi seperti gastro enteritis, radang jalan nafas dan paru-paru karena mengandung lactoferin, lysozyme dan immune globulin.
Pada masa nifas Ny. R terjadi involusi uterus keadaan ini sesuai dengan teori (Sarwono, 2002 : 237-238). Yang menyatakan bahwa setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, 7 hari (1 minggu) post partum tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus ± 500 gram, 2 minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simfisis, dengan berat uterus ± 350 gram, 6 minggu post partum tinggi fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus ± 40-60 gram, 8 minggu, fundus uteri sebesar normal dengan berat ± 30 gram.
Menurut pendapat Penulis masa nifas Ny. R berjalan dengan normal dengan keluhan yang biasa yaitu pada 6 jam ibu masih mengeluh mules-mules terutama ketika ibu menyusui bayinya. Hal ini merupakan keadaan fisiologis dimana selain karena pengaruh hormon prolaktin oksitosin yang dihasilkan otot uterus berkontraksi yang menyebabkan rasa mules dan hal ini akan mencegah perdarahan serta pengeluaran colostrums dan ASI pun terjadi, adapun pengeluaran yang terjadi pada masa nifas yang disebut lochea ialah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas dan dalam keadaan normal karena selama pemeriksaan tidak ditemukan tidak menimbulkan tanda infeksi. Masa involusi uterus Ny.R pun normal namun hal ini membutuhkan pemeriksaan yang komprehensif dalam masa nifas serta kerjasama yang baik antara klien dengan petugas.

4.4 Bayi Baru Lahir
Proses persalinan Ny. R berlangsung normal, bayi lahir hidup langsung menangis, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif dan bayi Ny. R sehat tanpa kelainan dan mengalami tanda-tanda bahaya.
Pada 2 jam dan 6 jam kelahiran bayi tampak tenang, sudah mendapat colostrums, bayi sudah dapat mengisap dengan kuat. Pada 6 hari kelahiran tali pusat bayi sudah lepas dan bayi mendapatkan imunisasi Hepatitis B dan polio pertama, bayi tampak sehat. Pada 2 minggu kelahiran bayi mendapatkan imunisasi BCG, bayi tampak sehat. Pada saat dilakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir diberikan salep Tetrasiklin 1 % dan Vitamin K 0,5 mg IM. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan.
Menurut sumber (Affandi, 2004 : 4-10) tetes mata profilaksis (larutan perak nitrat 1 %) atau salep antibiotik (tetrasiklin 1 % atau eritromisin 0,5 %) harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah bayi lahir. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam waktu satu jam pertama kehidupan.
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosisi 0,5-1 mg I.M.
Perawatan tali pusat yang dilakukan pada bayi Ny. R yaitu dengan tidak menggunakan baik mengoleskan maupun membungkusnya dengan apapun. Tali pusat bayi Ny. R puput saat usia bayi 6 hari. Tidak terdapat tanda infeksi pada tali pusat bayi Ny. R
Imunisasi yang bayi dapatkan pada hari ke 6 kelahiran yaitu Hepatitis B dan polio 1 dan pada 2 minggu kelahiran bayi mendapat imunisasi BCG sesuai dengan rekomendasi jadwal imunisasi PPI (Program Pengembangan Imunisasi) (Indan Entjang, 2003 : 38). Dan pada 2 minggu kelahiran bayi mendapatkan imunisasi BCG.

1 komentar:

  1. Lucky 15 Casino - MapyRO
    Get directions, reviews and information 충청남도 출장샵 for Lucky 15 여수 출장마사지 Casino in Thackerville, LA. 울산광역 출장샵 Lucky 15 Casino in Thackerville. Mapy.com provides information about 동해 출장샵 Lucky 15 Casino. 충청북도 출장샵

    BalasHapus